Kelengkapan informasi pada resep sangat penting dalam melakukan verifikasi resep dan
konfirmasi jika diperlukan. Pada resep yang mengandung jenis obat lebih dari atau sama dengan 5
(polifarmasi), potensi Masalah Terkait Obat atau Drug Related Problems (DRPs) lebih tinggi dari
pada resep non polifarmasi yang dapat menimbulkan masalah dalam efek terapi. Rumah Sakit
Mata Cicendo (RSMC) Bandung belum melakukan pengkajian kelengkapan dan DRPs secara
konsisten. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan analisis peresepan yang terdiri dari
aspek administratif dan aspek DRPs pada resep polifarmasi di poli infeksi RSMC Bandung.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek kelengkapan informasi resep dan
mengidentifikasi beberapa DRPs pada pasien di poli infeksi yang menerima resep polifarmasi.
Penelitian dimulai dengan pengumpulan resep polifarmasi dan analisis kelengkapan resep
berdasarkan blanko resep RSMC dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 Tahun 2014.
Selanjutnya dilakukan identifikasi DRPs yang dibandingkan dengan standar atau Kriteria
Penggunaan Obat (KPO) yang disusun dari sumber mutakhir. Selain itu, dilakukan pula analisis
cost-effectiveness pada obat bermerk yang didasarkan pada harga di pasaran. Dari 602 resep yang
dianalisis, hasil menunjukkan bahwa resep polifarmasi di poli infeksi RSMC tidak memenuhi
beberapa ketentuan kelengkapan resep, sedangkan hasil analisis DRPs yang dibandingkan dengan
KPO menunjukkan bahwa terdapat 67 kasus ketidaktepatan frekuensi dosis, 19 kasus
ketidaktepatan durasi terapi, 2 kasus indikasi tidak terobati, 177 kasus duplikasi obat, dan 97
kasus interaksi obat. Hasil pada analisis obat tidak cost-effective didapatkan sebanyak 273 kasus.
Berdasarkan hal tersebut, potensi DRP pada resep polifarmasi adalah 0,6; artinya setiap 5 lembar
resep dapat teridentifikasi 3 jenis DRP.