digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Kholilah Nur Hidayah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Kholilah Nur Hidayah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Kholilah Nur Hidayah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Kholilah Nur Hidayah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Kholilah Nur Hidayah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Kholilah Nur Hidayah
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Kholilah Nur Hidayah
PUBLIC Alice Diniarti

Evaluasi kualitas udara kota Bandung hingga saat ini masih terkonsentrasi pada unsur kimia dan logam pencemar. Belum ada penelitian kualitas udara kota Bandung yang dihubungkan dengan adanya material biologi dalam partikulat polusi. Struktur topografi Bandung yang membentuk cekungan menyebabkan persebaran udara secara horizontal tidak dapat terjadi secara maksimal, sehingga polusi terperangkap dalam cekungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan diversitas bakteri pada musim hujan dan kemarau, menentukan taksa yang dominan pada masing-masing musim, serta mengetahui faktor meteorologi yang mempengaruhi struktur bakteri udara. Sampel udara diambil pada musim hujan dan kemarau dari 3 titik dengan ketinggian yang berbeda diukur dari permukaan air laut yaitu Alun-Alun, Ganesha dan Jatinangor pada siang dan malam hari. Parameter lingkungan diukur menggunakan Automatic Weather Station meliputi arah angin, kecepatan angin, kelembapan relatif dan suhu. Kelimpahan total bakteri dihitung dengan qPCR gen 16S rRNA serta metode Total Plate Count. Pendekatan analisis diversitas bakteri udara menggunakan dua metode, culture-independent yaitu metagenomik menggunakan Illumina MiSeq, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan pendekatan culture-dependent dengan menggunakan metode Sanger sequencing. Hasil qPCR gen 16S rRNA menujukkan bahwa kelimpahan bakteri pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau (P<0.05). Kelimpahan bakteri tertinggi pada musim hujan terjadi di Ganesha malam (B-GM) yaitu 4,0×105 copies/m3 sedangkan pada musim kemarau sebesar 7,4×104 copies/m3 di sampel Ganesha siang (B-GS). Hasil TPC menunjukkan bahwa kelimpahan koloni tidak berbeda signifikan pada musim hujan dan kemarau (P>0.05), kelimpahan koloni tertinggi pada musim hujan terjadi pada titik sampling Jatinangor malam (JM) yaitu 9,4×104 CFU/m3, sedangkan pada musim kemarau adalah pada titik Alun-alun siang (B-AS) yaitu 2,9×104 CFU/m3. Pada musim hujan, indeks diversitas bakteri termasuk rendah hingga sedang (0,14-1,90), indeks kemerataan tinggi (>0,6) dan indeks dominansi rendah hingga sedang (0,09-0,40). Pada pada musim kemarau indeks diversitas adalah sedang (1,79-2,97), indeks kemerataan rendah hingga sedang (0,04-0,54) serta indeks dominansi rendah hingga tinggi (0,25-0,95). Hasil analisis Illumina MiSeq menyebutkan bahwa bakteri mengelompok menjadi 2 kategori, yaitu bakteri musim kemarau dan musim hujan. Proteobacteria, Bacteroidetes, Actinobacteria dan Firmicutes merupakan filum yang dominan pada musim hujan dan kemarau. Kelimpahan bakteri patogen menunjukkan bahwa pada musim hujan didominasi oleh genus Pseudomonas 9,8×104 copies/m3. Sedangkan pada musim kemarau, didominasi genus Escherichia-Shigella dengn kelimpahan 7,4×104 salinan/m3. Faktor meteorologi berupa suhu berkorelasi negatif dengan kelimpahan dan kelembaban relatif berkorelasi positif dengan kelimpahan bakteri pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau berbanding terbalik. Skala angin berkorelasi positif dengan kelimpahan. Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai profil bakteri udara kota Bandung pada musim hujan dan kemarau.