digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Yulita Hanifah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Yulita Hanifah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Yulita Hanifah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Yulita Hanifah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Yulita Hanifah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Yulita Hanifah
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Yulita Hanifah
PUBLIC Alice Diniarti

Pada saat ini, Indonesia merupakan negara dengan perkembangan pasar konstruksi tertinggi di Asia Tenggara dan berada pada posisi ke-4 di Asia. Data GDP (Gross National Product) juga menunjukan bahwa terjadi peningkatan pada GDP sector konstruksi dari kuarter ke kuarter sejak tahun 2015 dan diprediksi akan terus meningkat sampai dengan tahun 2020. Hal ini tentu saja menjadi peluang sangat besar bagi perusahaan konstruksi di Indonesia untuk berkembang. Akan tetapi, pada saat ini hanya sedikit BUJK (Badan Usaha Jasa Konstruksi) nasional terutama kontraktor nasional yang mempunyai kemampuan tinggi, sehingga daya saing kontraktor nasional secara umum masih rendah. Selain itu, tingginya peluang pada bidang konstruksi di Indonesia juga ternyata tidak sebanding dengan kualitas konstruksi di Indonesia. Rendahnya mutu pekerjaan akibat keterlambatan proses konstruksi masih menjadi salah satu masalah yang cukup sering terjadi pada penyelenggaraan konstruksi di Indonesia. Indonesia masih tertinggal di bidang infrastruktur, teknologi, dan skill (kemampuan). Sehingga, untuk dapat bersaing dengan negara lainnya, perlu adanya peningkatan kualitas di bidang konstruksi pada aspek-aspek tersebut. Dalam segi teknologi, penggunaan BIM merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembangunan untuk dapat bersaing dalam MEA. Indonesia sudah mulai mengimplementasikan BIM pada proyek konstruksinya. Namun, penggunaan BIM di Indonesia masih dikatakan baru berkembang, sehingga perlu adanya penilaian, dengan menggunakan model BIM assessment, untuk mengetahui sejauh mana penggunaan BIM di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan case study, yang terdiri atas 4 tahap penelitian yaitu (1) mengidentifikasi tingkat maturity BIM dalam proses implementasi pada proyek–proyek konstruksi di Indonesia, (2) mengidentifikasi manajemen proyek yang menggunakan BIM serta mengidentifikasi korelasinya dengan maturity BIM, (3) mengidentifikasi proses implementasi BIM serta mengidentifikasi korelasinya dengan maturity BIM, (4) mengidentifikasi kinerja proyek yang menggunakan BIM serta mengidentifikasi korelasinya dengan maturity BIM. Terdapat 7 case study yang diteliti. Pada tahap 1 didapatkan bahwa tingkat maturity pada level proyek masih ada di level Initialiii Defined. Pada tahap 2, teridentifikasi bahwa tidak ada perubahan secara fisik pada tatanan struktur organisasi proyek secara formal walaupun terdapat posisi baru seperti BIM Modeller dan BIM Engineer dikarenakan rendahnya tingkat maturity dan kurangnya SDM. Pada tahap 3, teridentifikasi bahwa mayoritas proyek belum melakukan pertukaran informasi BIM antar stakeholder, namun hanya melakukan pertukaran informasi antar software. Hal ini dikarenakan penggunaan BIM ini sangat dipengaruhi maturity BIM yang rendah proyek masih bersifat lonely BIM. Sementara itu pada tahap 4, teridentifikasi bahwa kinerja proyek BIM dalam segi waktu cenderung tepat waktu atau lebih cepat dan tingkat akurasi sangat baik dengan rata-rata 85%. Akan tetapi karena penggunaanya sangat fragemented maka kinerja tersebut tidak dipengaruhi oleh BIM.