digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Utari Retno Sulistyo Rini
PUBLIC Resti Andriani

COVER Utari Retno Sulistyo Rini
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Utari Retno Sulistyo Rini
PUBLIC Resti Andriani

BAB 2 Utari Retno Sulistyo Rini
PUBLIC Resti Andriani

BAB 3 Utari Retno Sulistyo Rini
PUBLIC Resti Andriani

BAB 4 Utari Retno Sulistyo Rini
PUBLIC Resti Andriani

BAB 5 Utari Retno Sulistyo Rini
PUBLIC Resti Andriani

BAB 6 Utari Retno Sulistyo Rini
PUBLIC Resti Andriani

PUSTAKA Utari Retno Sulistyo Rini
PUBLIC Resti Andriani

Indonesia menempati urutan kedua dunia sebagai negara yang memiliki cadangan timah terbesar, setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Kandungan cadangan logam timah terbesar berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Provinsi ini menyimpan sejarah panjang pertambangan timah di Indonesia yang sudah berlangsung lebih 200 tahun. Meskipun dahulu sektor timah merupakan sektor andalan, saat ini sektor pertambangan timah bukan lagi merupakan sektor yang dominan dalam penyumbang PDRB. Dalam hal pemanfaatan sumberdaya yang bersifat non-renewable, seperti timah, terdapat suatu fenomena yang dinamakan resource curse atau kutukan sumber daya alam. Mengacu pada teori, resource curse adalah suatu keadaan dimana negara dengan sumber daya alam yang cukup banyak memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang lebih rendah dibandingkan dengan negara yang miskin akan sumber daya alam. Evaluasi resource curse, yang dalam hal ini merupakan sektor pertambangan, dilakukan dengan menilai pengaruh suatu sektor terhadap perekonomian, termasuk bagaimana hubungannya terhadap sektor-sektor lainnya. Model input-output merupakan salah satu cara untuk menilai peranan suatu sektor terhadap perekonomian. Adapun untuk melihat indikasi potensi resource curse akan dilakukan dengan model Vector Autoregressive (VAR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat indikasi resource curse di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Indikasi tersebut berupa kenaikan konsumsi rumah tangga akibat sektor pertambangan timah, namun terjadi penurunan dan peningkatan yang tidak signifikan akibat sektor pertanian dan sektor industri pengolahan bukan logam. Selain itu, indikasi resource curse terjadi berupa penurunan PDRB di sektor prima akibat adanya sektor pertambangan timah. Untuk pengeluaran pemerintah dan pembentukan modal tetap, terdapat hubungan negatif akibat pertumbuhan sektor prima. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan walaupun sektor pertambangan mineral tidak memiliki peran yang signifikan terhadap pembentukan PDRB, akan tetapi keberadaannya dalam perekonomian masih lebih unggul dibandingkan sektor prima yang ada.