digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2019 TS PP ANGGA ADITYA ATMADILAGA 1.pdf ]
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

Karya seni cetak grafis memiliki keistimewaan dengan sifatnya yang jamak, dapat digandakan melalui proses yang khas. Kekhasan pada proses kekaryaan ini menghadirkan pula keunikan terbentuknya matriks, atau plat acuan cetak yang digunakan untuk menduplikasi karya dengan tingkat kemiripan yang identik, yang dikenal dengan istilah ‘edisi’. Namun disayangkan, keistimewaan tersebut tidak diperlakukan sebagai bagian dari unsur rupa dalam penyajian karyanya, melainkan hanya digunakan sebagai data teknis belaka. Karya seni grafis meskipun dicetak dengan jumlah lembaran tertentu, namun pada penyajiannya tetap saja disajikan tunggal. Dari kondisi dan fenomena ini, penulis mencoba untuk memanfaatkan dan mengembangkan keistimewaan gandaan pada proses cetak menjadi unsur rupa yang turut ditampilkan sebagai karya seni yang utuh dengan mengacu pada teori konvensi dan definisi grafis agar karya yang dihasilkan oleh penulis masih dalam kaidah prinsip seni cetak grafis. Pengembangan metode cetak ini dilakukan dengan mengubah konsepsi perlakuan cetak matriks dari penciptaan ‘edisi’ ke penciptaan karya-karya ‘seri’. Karya seri yang penulis maksud ialah penciptaan lembaran-lembaran karya yang dibentuk dalam satu tema, sebagian dihasilkan oleh matriks yang sama, namun dengan komposisi pelatakan tiap matriks yang dicetak berbeda, sehingga menghasilkan image yang berbeda pada setiap lembaran yang dicetak. Pembacaan tiap lembarnya tidak harus berurutan, sehingga setiap lembarnya dapat dimaknai secara multitafsir. Gandaan ini memainkan konsepsi keragaman dan peragaman, karena di satu sisi matriks menghasilkan keragaman image pada setiap lembar bidang cetak, namun juga bersifat sama dalam hal lain. Di luar perkara teknis, penulis juga telah memilih tema ’konflik’ sebagai konten karya. Agar karya yang dihasilkan tidak sekedar berupa hal-hal pengembangan teknis namun juga menghadirkan konten sebagai salah satu bobot penilaian dalam mengapresiasi karya seni grafis. Sebagai tambahan, penulis akan menggunakan lima butir renungan dari delapan butir pemikiran Setiawan Sabana dalam mengkritisi perkembangan seni grafis saat ini. Lima butiran renungan pemikiran tersebut dipilih karena dianggap masih memiliki keterkaitan kuat dengan keadaan seni grafis saat ini dan menjadi jalan masuk bagi penulis untuk dapat mengembangkan metode cetak baru sesuai dari butiran–butiran renungan yang dipaparkan.