digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fitri Ulvianti
PUBLIC Sandy Nugraha

Perkembangan gaya hidup masyarakat kota memunculkan fenomena privatisasi ruang publik dimana kecenderungan masyarakat kelas menengah-atas lebih tertarik pada penggunaan ruang komersial publik seperti mall, café, coffee shop, dan lainnya sebagai tempat ketiga untuk berkumpul. Padahal tempat ketiga terbaik merupakan ruang publik. Studi kasus penelitian ini memilih Alun-Alun Cicendo yaitu taman kota hasil revitalisasi lahan terbengkalai menjadi ruang berinteraksi bagi masyarakat di kawasan permukiman padat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Alun-Alun Cicendo yang merupakan ruang terbuka publik sebagai tempat ketiga mengacu pada literatur Oldenberg (1989), Vos (2017) dan Carmona (2010). Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kepada 100 pengunjung Alun-Alun Cicendo dan observasi lapangan. Penelitian dilakukan dengan memadukan metode kuantitatif dan kualitatif untuk menghasilkan temuan yang komprehensif. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa peran Alun-Alun Cicendo menjadi penting menjawab kebutuhan ruang berinteraksi ditengah permukiman padat dengan pendapatan rendah. Alun-Alun Cicendo menjadi tempat ketiga yang inklusif dengan mempertemukan berbagai generasi mulai dari anak-anak, remaja hingga lansia untuk dapat berinteraksi di ruang yang sama. Kehadiran pengunjung tetap ini menciptakan karakter bagi Alun-Alun Cicendo yakni tempat ketiga dengan aktivitas olahraga sebagai medium untuk mendapatkan beragam interaksi, termasuk interaksi dengan orang yang baru ditemui. Alun-Alun Cicendo sebagai tempat ketiga kemudian menjalankan peran ambigu karena mewadahi aktivitas olahraga yang merupakan bagian dari kebutuhan seseorang yang bersifat individual dan pribadi (privat) namun dikombinasikan dengan kebutuhan kehidupan sosial dari seseorang untuk berinteraksi dan dilakukan di tempat publik. Di sisi lain, keberadaan fasilitas wi-fi ternyata tidak berpengaruh terhadap terjadinya interaksi secara langsung sehingga keberadaannya di ruang publik perlu dipertimbangkan kembali. Alun-Alun Cicendo juga memperlihatkan bahwa perancangan fasilitas ruang menjadi krusial untuk mendorong terjadinya interaksi di tempat ketiga didukung dengan desain menarik sebagai kesan awal untuk menyambut pengunjung yang datang.