digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Christine Dorty Hadi
PUBLIC Irwan Sofiyan

Waduk Ir.H.Djuanda atau lebih dikenal dengan Waduk Jatiluhur merupakan waduk serbaguna pertama yang selesai dibangun pada tahun 1957 dan selesai dibangun pada tahun 1967 dengan tujuan pemenuhan kebutuhan air baku, kebutuhan irigasi, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), serta fungsi tambahan untuk pariwisata dan perikanan. Waduk Jatiluhur banyak menerima beban limbah yang dapat menurunkan kualitas airnya. Limbah tersebut berasal dari kegiatan yang berlangsung di dalam waduk Jatiluhur maupun dari luar waduk itu sendiri. Oleh karena itu dalam mengontrol kualitas air waduk diperlukan pemodelan yang dapat memberikan gambaran mengenai unsur hara di badan air waduk Jatiluhur. Khususnya nutrient nitrogen. Pemodelan ini menggunakan metode artificial neural network skema backpropagation dengan memodelkan nitrogen. Model digunakan untuk memprediksi unsur nitrogen di 4 stasiun kualitas air yaitu stasiun A (stasiun Bojong, stasiun Sodong, stasiun Jamaras), stasiun Kerenceng, stasiun Baras Barat dan stasiun B (stasiun Cilalawi, stasiun Karamba, stasiun PDAM, stasiun Karamba). Masing-masing stasiun dimodelkan dengan 4 skenario. Parameter input yang digunakan adalah keramba jaring apung (KJA), volume, debit masuk, lama penyinaran matahari, NH3, NO2, NO3. Skenario 1 menggunakan semua input, sedangkan scenario 2, 3, dan 4 menggunakan 4 input. Hasil pemodelan menunjukkan hasil yang memuaskan berdasarkan koefisien korelasi dan nilai root mean square error (RMSE). Model menunjukkan koefisien korelasi 0,90 – 0,96. Model kemudian dipilih dengan scenario terbaik kemudian dilatih dan diuji lagi dengan menghilangkan unsur KJA untuk melihat pengaruh input KJA terhadap hasil pemodealan. Hasilnya menujukkan pengaruh KJA terhadap stasiun yang dimodelkan tidak sama. Pengaruh tersebut dilihat dari kinerja model. Stasiun A tidak berpengaruh terhadap input KJA karena input yang digunakan berasal dari stasiun Parung Kalong dimana stasiun tersebut masih dipengaruhi oleh aliran sungai Citarum dan waduk Cirata. Stasiun Baras Barat, input KJA berpengaruh terhadap unsur nitrogen yang dimodelkan karean stasiun Barat Barat berdekatan dengan zonasi III KJA dan terdapat KJA yang sudah beroperasi sejak tahun 2013. Konsentrasi di Baras Barat sudah tercampur dengan nutrient yang berasal dari pakan ikan yang terlarut dan hasil metabolisme dan eksresi ikan. Konsentrasi NH3, NO2, NO3 stasiun Kerenceng mempunyai pengaruh terhadap input KJA dan volume karena konsentrasi yang masuk di stasiun Kerenceng sudah melewati stasiun Bojong, stasiun Sodong, stasiun Jamaras dimana ketiga ketiga stasiun tersebut terdapat sejumlah KJA yang beroperasi sehingga nutrient yang dihasilkan sudah bercampur dengan unsur nitrogen yang dihasilkan dari sisa pakan dan hasil metabolism. KJA tidak terlalu mempengaruh konsentrasi NO3 dan NO2 di stasiun B (stasiun Cilalawi, stasiun Karamba, stasiun PDAM, stasiun Taroko) sedangkan NH3 menunjukkan perubahan kinerja model yang signifikan karean stasiun Cilalawi merupakan inlet dari sungai Cilalawi yang membawa cukup banyak unsur hara hasil limbah domestic maupun industry.