digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nabila Nurul Ahmeidiati
PUBLIC didi kusnendi

Ikan nila mulai mengalami penurunan kualitas fisik setelah 2 jam kematian, kerusakan ini dapat terjadi secara biokimia maupun mikrobiologi yang disebabkan oleh beberapa hal seperti kondisi lingkungan yang sangat sesuai untuk pertumbuhan mikroba pembusuk yang diakibatkan bakteri, khamir, maupun jamur. Pada dasarnya penanganan pascapanen ikan nila bertujuan untuk mencegah kerusakan atau pembusukan sehingga dapat memperpanjang daya simpan ikan nila agar lebih awet. Salah satu penanganan pascapanen yang dapat dilakukan adalah pengasapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi susut bobot dan uji organoleptik filet ikan nila (Oroechromis niloticus) asap yang diberikan perlakuan pascapanen berupa pengasapan panas menggunakan drum pengasapan yang kemudian dikemas dengan plastik polypropylene (PP) secara vakum dan disimpan dengan suhu rendah (0 ± 2 oC ) dan suhu ruang (25 ± 2oC). Metode penelitian organoleptik yang digunakan adalah dengan parameter yang mengacu pada SNI No. 01-2725.1-2009 dengan panelis sebanyak 20 orang mahasiwa dengan kelompok usia 18-23 tahun. Penyusutan bobot yang terjadi pada penyimpanan suhu ruang adalah 0.082% pada hari ke-3, dan 0.197% di hari ke-6, sementara pada suhu dingin adalah 0% pada hari ke-14 dan 0.06% pada hari ke-28. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara organoleptik dan penyusutan bobot filet ikan nila asap yang disimpan baik di suhu ruang maupun suhu dingin belum mengalami perubahan secara signifikan menurut analisa statistik ANOVA dengan uji lanjut Duncan sehingga bedasarkan parameter uji organoleptik dan evaluasi susut bobot, di suhu ruang dapat bertahan lebih 6 hari, dan ikan 3 nila asap yang disimpan di suhu rendah dapat bertahan lebih dari 28 hari.