Ikan nila mulai mengalami penurunan kualitas fisik setelah 2 jam kematian, kerusakan ini
dapat terjadi secara biokimia maupun mikrobiologi yang disebabkan oleh beberapa hal
seperti kondisi lingkungan yang sangat sesuai untuk pertumbuhan mikroba pembusuk
yang diakibatkan bakteri, khamir, maupun jamur. Pada dasarnya penanganan pascapanen
ikan nila bertujuan untuk mencegah kerusakan atau pembusukan sehingga dapat
memperpanjang daya simpan ikan nila agar lebih awet. Salah satu penanganan
pascapanen yang dapat dilakukan adalah pengasapan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi susut bobot dan uji organoleptik filet ikan nila (Oroechromis niloticus)
asap yang diberikan perlakuan pascapanen berupa pengasapan panas menggunakan drum
pengasapan yang kemudian dikemas dengan plastik polypropylene (PP) secara vakum
dan disimpan dengan suhu rendah (0 ± 2 oC ) dan suhu ruang (25 ± 2oC). Metode
penelitian organoleptik yang digunakan adalah dengan parameter yang mengacu pada
SNI No. 01-2725.1-2009 dengan panelis sebanyak 20 orang mahasiwa dengan kelompok
usia 18-23 tahun. Penyusutan bobot yang terjadi pada penyimpanan suhu ruang adalah
0.082% pada hari ke-3, dan 0.197% di hari ke-6, sementara pada suhu dingin adalah 0%
pada hari ke-14 dan 0.06% pada hari ke-28. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara
organoleptik dan penyusutan bobot filet ikan nila asap yang disimpan baik di suhu ruang
maupun suhu dingin belum mengalami perubahan secara signifikan menurut analisa
statistik ANOVA dengan uji lanjut Duncan sehingga bedasarkan parameter uji
organoleptik dan evaluasi susut bobot, di suhu ruang dapat bertahan lebih 6 hari, dan ikan
3
nila asap yang disimpan di suhu rendah dapat bertahan lebih dari 28 hari.