digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Mohhamad Kusyanto
PUBLIC Sandy Nugraha

Pembangunan masjid secara swadaya masyarakat sangat banyak dilakukan di Indonesia, sehingga keandalan teknis bangunan-bangunan tersebut harus dikaji karena berisiko pada keselamatan, kenyamanan, kesehatan dan kemudahan yang melibatkan banyak orang. Kekhawatiran tentang risiko tersebut sangat relevan di Indonesia yang banyak mengalami gempa bumi dan berada di daerah tropis / panas pada siang hari. Banyaknya laporan kerusakan bangunan akibat kegagalan sistem struktur setelah terjadinya gempa bumi serta penggunan kipas angin dan AC pada bangunan masjid menempatkan keandalan bangunan aspek keselamatan dan kenyamanan sangat relevan untuk dikaji lebih jauh pada masjid berkubah beton yang dibangun secara swadaya ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik sistem struktur dan kualitas termal bangunan masjid berkubah beton yang dibangun masyarakat, merumuskan risiko-risiko keandalan aspek keselamatan sistem struktur dan kualitas termal masjid serta merumuskan strategi pembangunan berbasis swadaya pada masjid berkubah tersebut. Masjid berkubah beton disukai masyarakat karena menyimbolkan arsitektur Islam. Rancangan masjid yang mayoritas menggunakan bahan bangunan berat seperti beton sebagai penutup atap dan batu bata pada selubung bangunannya menjadikan faktor material ini untuk diuji pada kinerja sistem struktur dan kualitas termal masjid. Selain itu keterbatasan kemampuan masyarakat pada aspek finansial dan pengetahuan dalam membangun merupakan aspek penelitian yang penting pada kajian kinerja teknis masjid berkubah beton di Kabupaten Demak. Pengumpulan data melalui survei untuk menentukan masjid yang dapat diambil datanya. Pengumpulan data fisik bangunan melalui pengukuran dimensi dan bentuk serta identifikasi material yang diikuti dengan penggambaran bangunan masjid. Data-data kinerja termal dikumpulkan menggunakan thermometer wet and dry, globe thermometer, thermometer infrared dan anemometer untuk mendapatkan indeks kenyamanan temperatur efektif (TE), sedangkan data proses membangun dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan responden panitia pembangunan termasuk tokoh masyarakat, kyai, dan sesepuh. Analisis distribusi, korespondensi, komparasi dan klaster pada data disain masjid berkubah untuk kondisi termal dan 2 sistem strukturnya. Untuk konfirmasi keandalan sistem struktur ditambahkan simulasi digital deformasi struktur rangka dengan ETABS versi 9.6. Masjid berkubah beton yang dibangun masyarakat memiliki risiko-risiko antara lain : 1) bentang kubah beton yang besar menggunakan struktur penahan kubah dengan perpanjangan balok (kantilever) yang ditopang kolom sekunder sangat berisiko balok kantilever menjadi retak atau patah yang menyebabkan kubah beton roboh, 2) kurangnya luas bukaan, Window to Wall Ratio (WWR) yang belum dapat memenuhi kenyamanan termal penggunanya; 3) jarak antar bangunan, menghalangi aliran udara masuk ke dalam ruang; dan 4) penggunaan atap beton dan dinding batu bata yang berperan sebagai massa termal yang dapat menyimpan dan melepas kalor ke lingkungan, menyebabkan masjid berkubah beton belum memiliki keandalan bangunan dari aspek keselamatan dan kualitas termalnya. Risiko keandalan bangunan dapat diturunkan dengan strategi antara lain: 1) merancang struktur bangunan yang menempatkan struktur kubah ditopang langsung dengan kolom sesuai kaidah struktur bangunan, 2) mendesain struktur kantilever dengan pemberian elemen diagonal (bracing), 3) menggunakan struktur ringan untuk kubah dan atap datarnya, 4) mendesain bukaan ventilasi menggunakan simulasi digital dan 5) mengurangi efek massa termal dengan menambahkan pembayangan sinar matahari menggunakan vegetasi dan insulasi termal. Penelitian ini menghasilkan simpulan bahwa : 1) masyarakat belum memiliki kemampuan menerapkan kaidah sistem struktur tahan gempa pada masjid berkubah beton, 2) masyarakat juga belum memahami kondisi lingkungan tropis wilayahnya serta pengaruhnya terhadap rancangan masjid sehingga berdampak pada kualitas termal ruang masjid, 3) masyarakat belum mampu mengadaptasi bentuk dan gaya arsitektur masjid yang ditirunya sesuai dengan kondisi kegempaan dan lingkungan tropis, 4) masyarakat dalam proses pembangunan swadaya perlu pendampingan dari aspek teknis struktur bangunan dan pengetahuan disain lingkungan termal dan 5) pembangunan berbasis swadaya masyarakat dipengaruhi karakter masyarakatnya sehingga pendampingan teknis disesuaikan karakter masyarakatnya.