digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ika Puspitasari
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

COVER Ika Puspitasari
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Ika Puspitasari
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Ika Puspitasari
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Ika Puspitasari
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Ika Puspitasari
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Ika Puspitasari
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Ika Puspitasari
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Penyakit difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh eksotoksin dari bakteri Corynebacterium diphtheriae yang terinfeksi virus (bakteriofage). Sampai sekarang, penyakit difteri masih menjadi permasalahan, khususnya di negara-negara berkembang. Antibodi poliklonal antidifteri merupakan salah satu agen terapeutik yang dapat diinjeksikan ke pasien sebagai imunisasi pasif. Untuk memproduksi Imunoglobulin antidifteri diperlukan tiga tahapan, yaitu plasmapheresis (pemisahan plasma dari whole blood), digestasi enzim pepsin, dan purifikasi. Saat ini, salah satu kendala dalam produksi Imunoglobulin antidifteri yaitu belum optimalnya proses plasmapheresis. Metode plasmapheresis yang sekarang banyak dilakukan dalam industri adalah plasmapheresis konvensional yang menggunakan teknik sedimentasi gravitasi pada suhu ruang. Metode tersebut memakan waktu yang cukup lama, sehingga perlu adanya optimasi metode pemisahaan untuk meningkatkan produksi dan kualitas produk Imunoglobulin. Metode alternatif lain adalah dengan menggunakan sentrifugasi. Akan tetapi metode sentrifugasi ini belum banyak dikembangkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode alternatif menggunakan teknik sentrifugasi pada proses produksi Imunoglobulin antidifteri. Darah diambil dari kuda yang telah diimunisasi dengan toksoid difteri, lalu dilakukan pemisahan dengan dua metode, yaitu sedimentasi gravitasi selama 4 jam sebagai kontrol, dan metode sentrifugasi sebagai kelompok perlakuan. Untuk kelompok kontrol, sedimentasi gravitasi dilakukan dalam suhu ruang dan suhu 4?. Untuk kelompok perlakuan, kecepatan sentrifugasi yang digunakan berkisar antara 500 hingga 4000 rcf (radian centrifugal force) dengan lama waktu sentrifugasi 5 dan 10 menit. Baik kelompok kontrol dan perlakuan, dilakukan pengujian beberapa parameter antara lain; hemolisis sel darah merah, kadar protein total plasma sebelum dan setelah digestasi enzim pepsin, nilai titer antibodi, dan fragmen Imunoglobulin F(ab’)2. Pengulangan dilakukan sebanyak dua kali untuk kedua kelompok tersebut. Penghitungan kadar protein dilakukan dengan metode BCA (bicinchoninic acid). Titer antibodi ditentukan dengan uji flokulasi, lalu fragmen Imunoglobulin F(ab’)2 dianalisis dengan metode SDS-PAGE. Digestasi enzim pepsin dilakukan pada kondisi pH 3,2, dengan konsentrasi enzim pepsin 0,6% (b/v), dan suhu inkubasi 37?. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, viabilitas sel darah merah (sel tidak hemolisis) untuk kelompok kontrol dan perlakuan tidak berbeda secara signifikan, rata-rata viabilitas sel darah merah >99%. Sebelum proses digestasi enzim pepsin, kadar protein plasma tertinggi ditemukan pada perlakuan sentrifugasi dengan kecepatan 500 rcf selama 5 menit (118,78 ± 13,87 mg/mL). Hasil pengukuran nilai titer antibodi menunjukkan bahwa nilai titer antibodi pada perlakuan sentrifugasi dengan kecepatan diatas 500 rcf tidak berbeda nyata dengan kontrol 4? (titer antibodi 420 – 480 Lf/mL). Analisis rasio antara titer antibodi dan protein total menunjukkan nilai rasio tertinggi terdapat pada perlakuan sentrifugasi dengan kecepatan 4000 rcf selama 10 menit, akan tetapi nilai tersebut tidak berbeda signifikan dengan kontrol sedimentasi 4?. Setelah proses digestasi dengan enzim pepsin, kadar protein total dan hasil analisis kualitatif Imunoglobulin F(ab’)2 menunjukkan hasil yang tidak berbeda signifikan antara kontrol sedimentasi dan perlakuan (sentrifugasi). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode sentrifugasi dengan rentang kecepatan 500 hingga 4000 rcf tidak menyebabkan hemolisis pada sel darah merah. Sebelum proses digestasi dengan enzim pepsin, kecepatan dan lama waktu sentrifugasi memberikan pengaruh terhadap kadar protein total plasma, nilai titer antibodi, dan rasio antara titer antibodi dan protein total. Namun, pengaruh sentrifugasi tersebut tidak berbeda nyata setelah proses digestasi oleh enzim pepsin. Oleh karena itu perlu dilakukan studi kuantitatif setelah proses digestasi oleh enzim pepsin untuk menentukan pengaruh sentrifugasi dalam proses produksi Imunoglobulin antidifteri.