digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Alma Cantika Aristia
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Alma Cantika Aristia
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Alma Cantika Aristia
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Alma Cantika Aristia
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Alma Cantika Aristia
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Alma Cantika Aristia
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Alma Cantika Aristia
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Alma Cantika Aristia
PUBLIC Alice Diniarti

Lahan gambut merupakan suatu ekosistem unik karena terbentuk dari timbunan bahan organik yang tersimpan dalam kurun waktu hingga ribuan tahun. Bahan-bahan organik tersebut terdekomposisi dalam kurun waktu yang sangat lama. Indonesia memiliki lahan gambut seluas 21juta hektar. Lahan gambut di Indonesia tersebar di Sumatera (7,2 juta ha), Kalimantan (5,8 juta ha), dan Papua (8 juta ha). Di dalam ekosistem lahan gambut memiliki peranan yang sangat penting. Gambut yang mengandung banyak bahan organik berfungsi sebagai penyimpan karbon. Gambut juga memiliki porositas yang tinggi sehingga berperan sebagai reservoir air. Gambut dapat menyimpan air ketika musim hujan sehingga mencegah banjir. Ketika musim kemarau, gambut mengeluarkan air sehingga tidak terjadi kekeringan. Lahan gambut juga berperan dalam menjaga biodiversitas serta menyediakan jasa dan barang kebutuhan manusia. Tanah gambut bersifat sangan asam, tergenang, miskin unsur hara, dan tidak balik ketika terjadi kerusakan. Sifat tanah gambut yang demikian tidak mendukung pertumbuhan mikrob. Padahal mikroba tanah memiliki fungsi yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan ekosistem tanah gambut. Beberapa fungsi mikroba dalam tanah adalah untuk menyediakan hara serta merombak bahan organik. Mikroba tanah juga dapat membantu pertumbuhan tanaman serta mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Pengembangan pemanfaatan gambut sebagai lahan pertanian turut menambah fungsi mikroba tanah sebagai Plant Growth Promoting Microbes (PGPM). Melihat pentingnya peranan mikroba di tanah gambut, maka studi mengenai diversitas mikroba tanah gambut perlu dilakukan. Studi diversitas mikroba tanah gambut dilakukan secara culture-independent dan culture-dependent. Selain itu, mikroba-mikroba yang diperoleh secara culture-dependent diuji kemampuannya sebagai PGPM (pemfiksasi nitrogen, pelarut fosfat, penghasil IAA, dan penghasil selulase). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari struktur komunitas mikroba tanah gambut secara cultered-independent dan cultured-dependent serta menentukan mikroba yang berpotensi sebagai PGPM melalui kemampuannya dalam menghasilkan enzim selulase, menghasilkan IAA, melarutkan fosfat, dan memfiksasi nitrogen. Penelitian ini dilakukan dengan mengisolasi mikroba tanah gambut yang berasal dari Desa Sinar Wajo, Jambi. Isolasi mikroba dilakukan secara culture-dependent dan culture-independent. Isolasi mikroba secara culture-independent dilakukan dengan sequencing DNA menggunakan Nanopore sequencing. Isolasi secara culture-dependent dilakukan dengan medium Peat Water Agar pada pH4. Analisis struktur komunitas dilakukan dengan menghitung indeks keanekaragama, indeks keseragaman, dan indeks dominansi. Isolat-isolat yang diperoleh secara culture-depemndent kemudian diuji kemampuannya sebagai PGPM. Uji kemampuan mikroba yang dilakukan adalah kemampuan melarutkan fosfat, menghasilkan selulase, menghasilkan IAA, dan memfiksasi nitrogen. Uji kemampuan tersebut dilakukan pada pH 4 dan pH 7. Hasil isolasi mikroba secara culture-independent menunjukkan bahwa kelimpahan filum, famili, genus, dan spesies bakteri tertinggi secara berturut-turut adalah Proteobacteria, Acidobacteriaceae, Candidatus Kariobacter, dan Candidatus Kariobacter versatilis. Sementara itu, kelimpahan filum, famili, genus, dan spesies jamur tertinggi secara berturut-turut adalah Ascomycota, Metschnikowiaceae, Clavispora, dan [Candida] auris. Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, dan Indeks Dominasi untuk isolat bakteri secara culture-independent adalah 2,84; 0,40; dan 0,28. Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, dan Indeks Dominansi untuk isolat jamur secara culture-independent adalah 5,28; 0,5; dan 0,01. Secara culture-dependent kelimpahan bakteri tertinggi adalah Rhodanobacteriaceae. Sementara itu, kelimpahan jamur tertinggi adalah Zygomycota. Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, dan Indeks dominasi untuk isolat bakteri secara culture-dependent adalah 1,15; 0,50; dan 0,38. Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, dan Indeks dominasi untuk isolat jamur secara culture-dependent adalah 51,49; 0,50; dan 0;29. Jamur yang berpotensi sebagai PGPM adalah Trichoporon loubieri dan Penicillium pinophilum. Bakteri yang berpotensi sebagai PGPM adalah Dyella caseinilytica, Streptomyces fuscigenes, dan Streptomyces graminearus.