digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Mustabiq Dzikril Malik
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Mustabiq Dzikril Malik
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Mustabiq Dzikril Malik
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Mustabiq Dzikril Malik
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Mustabiq Dzikril Malik
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Mustabiq Dzikril Malik
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Mustabiq Dzikril Malik
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Mustabiq Dzikril Malik
PUBLIC Irwan Sofiyan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) melaju dengan sangat pesat. TIK telah hampir digunakan dalam segala bidang termasuk di sektor pertanian. Petani milenial yang merupakan petani yang melek teknologi digital, diperlukan sebagai pelaku utama dalam pertanian berbasis TIK. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perkembangan TIK dalam bidang pertanian, mengidentifikasi kondisi petani milenial dalam pertanian berbasis TIK di Provinsi Jawa Barat, dan merumuskan strategi kebijakan untuk mengatasi kesenjangan antara perkembangan TIK dengan pertumbuhan petani milenial. Penelitian ini menggunakan pendekatan mutilple-case study, kerangka Institutional Analysis and Development (IAD), metode stakeholder analysis, content analysis serta Analytical Hierarchy Process (AHP). Lokasi penelitian meliputi enam tempat, yaitu Kabupaten Garut, Bandung Barat, Bandung, Purwakarta, Tasikmalaya, dan Cianjur. Penelitian ini menemukan bahwa kemajuan bisnis digital menciptakan startup-startup baru tak terkecuali di bidang pertanian. Setidaknya telah diidentifikasi lebih dari 30 startup TIK pertanian dalam berbagai jenis model bisnis mereka. Terdapat lima kategori TIK pertanian di Indonesia yaitu agritech, data sharing, fintech, e-commerce, dan traceability. Petani yang mempraktikkan pertanian berbasis TIK disetiap lokasi diidentifikasi memiliki beberapa kesamaan yaitu (1) bukan petani tanaman pangan; (2) mampu menggunakan smartphone dan mengakses internet; (3) memiliki ketertarikan memanfaatkan TIK dalam pertanian; (4) sudah menggunakan TIK kategori data sharing; dan (5) tidak semua berada dalam rentang usia “milenial”. Sebagian petani dalam kategori ini memiliki interaksi aktif dengan pihak pemerintah yang mendorong digitalisasi di sektor pertanian. Hasil stakeholder analysis memperlihatkan pihak yang harus terlibat dalam membuat kebijakan adalah Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura; dan Dinas Perkebunan Jawa Barat. Adapun hasilnya AHP mengindikasikan bahwa kriteria prioritas adalah meningkatkan ketertarikan petani terhadap penggungaan TIK dalam pertanian (0,343), sedangkan strategi prioritas adalah optimalisasi pelatihan dan penyuluhan teknologi informasi dan komunikasi kepada para petani (0,272).