digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT Dirgantara Indonesia (Persero), lebih dikenal sebagai PTDI, adalah salah satu BUMN Indonesia di industri strategis yang bergerak di bidang manufaktur pesawat terbang. Sejak pendiriannya, PTDI baru mulai menerapkan ERM pada tahun 2014. Namun, dari data yang diperoleh dari PTDI, ada catatan penting yang perlu ditangani yang terkait dengan waktu pengiriman pesawat. PTDI harus membayar denda karena keterlambatan pengiriman pesawat dan klaim garansi yang disebabkan oleh ketidakmampuan PTDI untuk memenuhi waktu pengiriman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kemungkinan risiko operasi PTDI; menilai setiap risiko yang mungkin berdasarkan tingkat keparahan dan dampak kejadian; mengidentifikasi penanganan risiko yang dapat dilakukan dan memberikan rekomendasi atau saran perbaikan yang dapat dilakukan oleh PTDI untuk menangani risiko yang mungkin terjadi. Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menilai risiko yang mungkin terjadi dalam asesmen risiko dalam pembuatan pesawat CN-235 MPA di perusahaan manufaktur pesawat terbang Indonesia. Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara dengan personel PTDI terkait dengan manufaktur pesawat terbang CN-235 MPA, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen studi terkait dengan analisis risiko yang diambil dari laporan tahunan dari tahun anggaran 2013 hingga 2017 dan Rencana Anggaran PTDI di Tahun Finansial 2018. Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah menganalisis masalah bisnis menggunakan beberapa elemen dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal akan dianalisis dengan menggunakan analisis PESTEL dan faktor eksternal akan dianalisis dengan menggunakan 7P Marketing Mix. Pada saat itu, hasil analisis internal dan eksternal akan ditentukan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dengan menggunakan Analisis SWOT. Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam Tahap Analisis Risiko yang bertujuan untuk menentukan tingkat risiko yang teridentifikasi sebagai alat untuk manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Risiko material memiliki bobot tertinggi (0,617), diikuti oleh risiko tenaga kerja (0,203) dan risiko mesin (0,180) pada urutan terakhir. Rencana aksi mitigasi risiko akan diterapkan pada risiko yang dikategorikan sebagai tingkat tinggi dan/atau ekstrim. Rencana aksi terdiri dari opsi perawatan, bagaimana mengatasi risiko, tindakan apa yang harus diambil, siapa yang bertanggung jawab atas tindakan, dan sumber daya apa yang diperlukan.