digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Salah satu penyebab kerusakan pantai Sigandu adalah gangguan keseimbangan transport sedimen akibat pemanfaatan ruang pantai yang kurang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan sehingga energi gelombang yang sampai ke pantai masih cukup besar dan menyebabkan terjadinya abrasi. Untuk menghindari kerusakan yang terus berlanjut, pihak pemerintah melakukan penanggulangan pantai di Pantai Sigandu yaitu dengan membuat bangunan pengaman pantai berupa pemecah gelombang ambang rendah (PEGAR). Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pemodelan gelombang dan transpor sedimen untuk memperoleh besarnya redaman gelombang dan pola laju sedimentasi akibat struktur di Pantai Sigandu, Kabupaten Batang. Metode yang digunakan adalah metode pemodelan numerik menggunakan perangkat lunak MIKE 21 Flow Model. Dari hasil simulasi hidrodinamika diketahui bahwa arus bergerak dari arah Barat Laut menuju Tenggara pada saat pasang dengan kecepatan sebesar 0.036 m/s – 0.079 m/s dan pada saat surut air bergerak dari arah yang sebaliknya dengan kecepatan sebesar 0.005 m/s – 0.025 m/s. Hasil simulasi pemodelan gelombang menunjukkan bahwa koefisien transmisi gelombang pada PEGAR bercelah sebesar 32.68% dan pada PEGAR tanpa celah sebesar 0.78%. Hasil simulasi pemodelan sedimen menunjukkan bahwa secara umum di sekitar Pantai Sigandu terjadi sedimentasi dan erosi. Besar laju perubahan batimetri (rate of bed level change) pada skenario PEGAR bercelah sebesar 0.00117 m/hari dan pada skenario PEGAR tanpa celah sebesar 0.00044 m/hari. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa arus dan gelombang berperan dalam proses transpor sedimen yang dapat membantu terjadinya sedimentasi di belakang struktur, serta pemasangan PEGAR bercelah lebih efektif dalam mengatasi masalah pantai Sigandu daripada PEGAR yang dipasang tanpa celah. Hal ini karena PEGAR yang dipasang dengan celah dapat membentuk salien di belakang struktur dalam jangka waktu yang lebih lama.