digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Faujan Najmi Hutasuhut
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Faujan Najmi Hutasuhut
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 1 Faujan Najmi Hutasuhut
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 2 Faujan Najmi Hutasuhut
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 3 Faujan Najmi Hutasuhut
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 4 Faujan Najmi Hutasuhut
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 5 Faujan Najmi Hutasuhut
PUBLIC Dedi Rosadi

PUSTAKA Faujan Najmi Hutasuhut
PUBLIC Dedi Rosadi

Lokasi penelitian terletak pada daerah Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geologi daerah penelitian termasuk dalam Cekungan Kutai Bawah. Penelitian ini menggunakan dua sampel serpih Formasi Balikpapan, empat sampel serpih Formasi Pulaubalang, dan sepuluh sampel serpih Formasi Pamaluan untuk analisis geokimia organik, tujuh sampel untuk analisis X-Ray Diffraction (XRD), lima sampel untuk analisis SEM, dan sembilan sampel untuk analisis petrografi organik. Analisis geokimia dilakukan untuk mengetahui kuantitas, kualitas, dan kematangan batuan induk. Analisis XRD dan SEM dilakukan untuk menentukan nilai Brittleness Index (BI). Analisis petrografi organik dilakukan untuk mengetahui lingkungan pengendapan. Hasil analisis geokimia menunjukkan Formasi Balikpapan memiliki TOC 5,98 – 7,88%; kerogen tipe III; dan belum matang. Formasi Pulaubalang memiliki TOC 2,61 – 25,57%; kerogen tipe III; belum matang. Formasi Pamaluan memiliki kadar TOC 0,91 – 7,77%; kerogen tipe III; lewat matang (30%). Nilai BI Formasi Balikpapan 51,76 – 64,99%; Formasi Pulaubalang 49,2%; dan Formasi Pamaluan 47,9 – 82,02%. Nilai BI yang semakin tinggi menunjukkan kecenderungan batuan untuk dilakukan perekahan (fracturing) akan semakin tinggi. Lingkungan pengendapan di daerah penelitian menunjukkan lingkungan transisi - laut. Berdasarkan tipe maseral, dapat disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan di daerah penelitian adalah upper delta plain. Berdasarkan nilai perbandingan karakteristik geologi serpih gas di Amerika Utara dan Tiongkok, sampel Formasi Balikpapan dan Formasi Pulaubalang pada daerah penelitian tidak layak dijadikan batuan induk serpih gas karena kurangnya faktor kematangan. Sementara Formasi Pamaluan layak untuk dijadikan batuan induk untuk serpih gas nonkonvensional.