Perubahan tutupan lahan yang diiringi deforestasi dapat meningkatkan suhu permukaan
lahan/Land Surface Temperature (LST). Hutan diketahui memiliki peranan penting dalam
menurunkan LST daerah di sekitarnya, sehingga pola spasial hutan yang efektif untuk
memitigasi kenaikan LST penting untuk dipelajari. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis distribusi LST antarkelas tutupan lahan, menganalisis hubungan antara luas
patch hutan dengan penurunan LST dalam patch hutan, dan menganalisis hubungan
komposisi dan konfigurasi spasial hutan terhadap penurunan LST sekitarnya di kawasan
Gunung Papandayan, Jawa Barat. Citra Landsat 8 OLI/TIRS digunakan untuk
menghasilkan peta LST dan peta tutupan lahan. LST dihitung menggunakan algoritma
single-channel yang kemudian dikoreksi dari pengaruh topografi dengan model regresi
multilinear. Peta tutupan lahan dihasilkan menggunakan metode Object-Based Image
Analysis (OBIA) melalui multiresolution segmentation dan kombinasi klasifikasi threshold
dengan nearest neighbor. Pola spasial tutupan lahan kemudian dikuantifikasi dengan
landscape metrics di tingkat kelas melalui pendekatan moving-window pada skala 780
meter menggunakan software FRAGSTATS. Komposisi hutan dinyatakan dalam metrik
Percentage of Landscape (PLAND), sedangkan konfigurasi dinyatakan dalam metrik
Mean Patch Size (AREA_MN), Largest Patch Index (LPI), Number of Patch (NP),
Aggregation Index (AI), Interspersion and Juxtaposition Index (IJI), Mean Patch Shape
Index (SHAPE_MN), dan Edge Contrast Index (ECON). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata LST kelas hutan (20,63°C) memiliki nilai paling rendah di antara kelas
tutupan lainnya dengan penurunan LST sebesar -3,17°C dibandingkan dengan rata-rata
LST area penelitian. Selain itu, semakin luas patch hutan, semakin baik kemampuan hutan
menurunkan LST di dalam patch. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa kemampuan
hutan menurunkan LST daerah sekitarnya lebih baik pada area dengan komposisi
persentase tutupan hutan tinggi (r PLAND=-0,82), ukuran rata-rata patch besar (r
AREA_MN=-0,69), dominansi patch terbesar tinggi (r LPI=-0,80), jumlah patch hutan
sedikit (r NP=0.10), patch hutan mengelompok (r AI=-0,50), patch hutan bercampur rata
dengan tutupan lahan lain (r IJI=-0,30), bentuk patch kompleks (r SHAPE_MN=-0,21),
dan kekontrasan hutan dengan area sekitarnya rendah (r ECON_MN=0,72). Dari penelitian
ini dapat ditarik tiga kesimpulan untuk kawasan Gunung Papandayan. Pertama, tutupan
lahan dengan distribusi LST dari terendah hingga tertinggi berturut-turut adalah hutan,
semak, padang rumput, kebun teh, ladang, pemukiman, dan kawah. Kedua, patch hutan
berukuran lebih besar memiliki kemampuan lebih baik dalam menurunkan LST dalam
patch hutan itu sendiri. Ketiga, pada skala 780 meter, komposisi dan konfigurasi hutan
yang paling baik dalam menurunkan LST sekitarnya adalah hutan yang luas dengan
susunan spasial patch berukuran besar, dominan, berbentuk kompleks, tidak terfragmentasi
teragregasi, tercampur rata, dan bersebelahan dengan tutupan lahan yang tidak kontras.