digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Tin Widyani Satriawan
PUBLIC Alice Diniarti

Perubahan tutupan lahan yang diiringi deforestasi dapat meningkatkan suhu permukaan lahan/Land Surface Temperature (LST). Hutan diketahui memiliki peranan penting dalam menurunkan LST daerah di sekitarnya, sehingga pola spasial hutan yang efektif untuk memitigasi kenaikan LST penting untuk dipelajari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi LST antarkelas tutupan lahan, menganalisis hubungan antara luas patch hutan dengan penurunan LST dalam patch hutan, dan menganalisis hubungan komposisi dan konfigurasi spasial hutan terhadap penurunan LST sekitarnya di kawasan Gunung Papandayan, Jawa Barat. Citra Landsat 8 OLI/TIRS digunakan untuk menghasilkan peta LST dan peta tutupan lahan. LST dihitung menggunakan algoritma single-channel yang kemudian dikoreksi dari pengaruh topografi dengan model regresi multilinear. Peta tutupan lahan dihasilkan menggunakan metode Object-Based Image Analysis (OBIA) melalui multiresolution segmentation dan kombinasi klasifikasi threshold dengan nearest neighbor. Pola spasial tutupan lahan kemudian dikuantifikasi dengan landscape metrics di tingkat kelas melalui pendekatan moving-window pada skala 780 meter menggunakan software FRAGSTATS. Komposisi hutan dinyatakan dalam metrik Percentage of Landscape (PLAND), sedangkan konfigurasi dinyatakan dalam metrik Mean Patch Size (AREA_MN), Largest Patch Index (LPI), Number of Patch (NP), Aggregation Index (AI), Interspersion and Juxtaposition Index (IJI), Mean Patch Shape Index (SHAPE_MN), dan Edge Contrast Index (ECON). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata LST kelas hutan (20,63°C) memiliki nilai paling rendah di antara kelas tutupan lainnya dengan penurunan LST sebesar -3,17°C dibandingkan dengan rata-rata LST area penelitian. Selain itu, semakin luas patch hutan, semakin baik kemampuan hutan menurunkan LST di dalam patch. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa kemampuan hutan menurunkan LST daerah sekitarnya lebih baik pada area dengan komposisi persentase tutupan hutan tinggi (r PLAND=-0,82), ukuran rata-rata patch besar (r AREA_MN=-0,69), dominansi patch terbesar tinggi (r LPI=-0,80), jumlah patch hutan sedikit (r NP=0.10), patch hutan mengelompok (r AI=-0,50), patch hutan bercampur rata dengan tutupan lahan lain (r IJI=-0,30), bentuk patch kompleks (r SHAPE_MN=-0,21), dan kekontrasan hutan dengan area sekitarnya rendah (r ECON_MN=0,72). Dari penelitian ini dapat ditarik tiga kesimpulan untuk kawasan Gunung Papandayan. Pertama, tutupan lahan dengan distribusi LST dari terendah hingga tertinggi berturut-turut adalah hutan, semak, padang rumput, kebun teh, ladang, pemukiman, dan kawah. Kedua, patch hutan berukuran lebih besar memiliki kemampuan lebih baik dalam menurunkan LST dalam patch hutan itu sendiri. Ketiga, pada skala 780 meter, komposisi dan konfigurasi hutan yang paling baik dalam menurunkan LST sekitarnya adalah hutan yang luas dengan susunan spasial patch berukuran besar, dominan, berbentuk kompleks, tidak terfragmentasi teragregasi, tercampur rata, dan bersebelahan dengan tutupan lahan yang tidak kontras.