digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Fathur Rahman
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Muhammad Fathur Rahman
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Muhammad Fathur Rahman
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Muhammad Fathur Rahman
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Muhammad Fathur Rahman
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Muhammad Fathur Rahman
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Muhammad Fathur Rahman
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 6 Muhammad Fathur Rahman
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Muhammad Fathur Rahman
PUBLIC Irwan Sofiyan

Permasalahan drainase yang terdapat di kota-kota besar di Indonesia sangatlah penting untuk diperhatikan dikarenakan sering terjadinya banjir atau genangan air dimusim hujan. Pembangunan yang terus meningkat di Kota Bandung mengakibatkan meningkatnya aliran air permukaan dan mengurangi air yang meresap kedalam tanah. Kapasitas saluran drainase pada saat musim hujan menghasilkan intensitas curah hujan yang maksimum disebagian lokasi sudah tidak mampu lagi untuk menampung debit air maksimum. Kondisi drainase Jalan Pagarsih yang masih menganut drainase tercampur (air hujan + air limbah) yang langsung dialirkan ke sungai menyebabkan terjadi penyempitan yang diakibatkan adanya bangunan sehingga tidak mampu untuk menampung aliran air hujan. Pada saat hujan deras genangan air yang terjadi disekitar drainase tercampur setinggi 30-100 cm. Pada penelitian ini akan dilakukan kajian untuk memisahkan saluran drainase dan saluran air limbah, berdasarkan peraturan Permen No.12/PRT/M/2014 pasal 4 ayat 1 “penyelenggaraan sistem drainase perkotaan menganut sistem pemisahan jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada wilayah perkotaan. Untuk mendapatkan rekomendasi langkah pemisahan air limbah dari saluran tercampur yang efisien. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur mengenai drainase perkotaan, metode survey mengenai kondisi lapangan untuk mengetahui kondisi sebenarnya dan melakukan pengambilan data dengan instansi terkait untuk mendukung kelengkapan data perhitungan. Hasil penelitian ini menunjukan adanya genangan atau banjir pada Jalan Pagarsih Pada Sta 0+661.2 s.d Sta 0+700 pada tahun proyeksi 2022 dengan ketinggian air 22,3 cm. Besaran debit air limbah yang berasal dari curah hujan pada tahun proyeksi 2022 yang dapat ditampung drainase utara sebesar = 3,522 m3/detik sedangkan debit curah hujan total yang masuk sebesar = 5,414 m3/detik. Debit tersebut mengakibatkan tinggi genangan air sebesar 22,2 cm. Pada drainase selatan dapat menampung debit sebesar = 39,032 m3/detik sedangkan debit curah hujan yang masuk sebesar = 2,148 m3/detik. Debit total puncak maksimum yang ditampung oleh saluran air limbah sekunder pada Jalan Pagarsih Sta 0+661.2 s.d. Sta 0+700 sebesar 0,083 m3/detik lebih tinggi dari yang dapat ditampung oleh penampang saluran air limbah itu sendiri sebesar 0,03088 m3/detik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penampang drainase Jalan Pagarsih bagian selatan masih dapat menampung debit puncak curah hujan yang masuk akan tetapi pada titik outlet penampang drainase utara sudah tidak mampu menampung debit puncak curah hujan yang masuk untuk tahun proyeksi 2022. Genangan atau banjir yang terjadi pada daerah sekitar titik outlet penampang drainase bagian utara terjadi akibat besarnya debit curah hujan yang masuk, bukan dikarenakan tambahan debit dari air limbah domestik dan non domestik. Penampang saluran air limbah sekunder yang saat ini dipakai dengan ukuran 300 mm tiadk cukup untuk menampung debit puncak total keseluruhan air limbah pada daerah tangkapan air untuk tahun proyeksi 2022, oleh karena itu penampang saluran air limbah sekunder perlu diperbesar menggunakan penampang buis beton sebesar 500mm. Perlu diberikannya sosialisasi kepada seluruh penduduk yang terdapat pada daerah tangkapan agar dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk membuang air limbah langsung kesaluran air limbah yang telah tersedia. Perlu dilakukannya kegiatan pengawasan pada saluran drainase utara dan selatan pada Jalan Pagarsih agar tidak ada warga yang mencemari saluran drainase yang terbuka. Perlu dilakukannya kegiatan pemantauan secara berkala untuk melakukan pengecekan kondisi pipa saluran air limbah sekunder dan tersier untuk menghindari kerusakan seperti kebocoran dan pecah