digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Baharianto Irfree P
PUBLIC tuti yulia

BAB 1 Baharianto Irfree P
PUBLIC tuti yulia

BAB 2 Baharianto Irfree P
PUBLIC tuti yulia

BAB 2 Baharianto Irfree P
PUBLIC tuti yulia

BAB 2 Baharianto Irfree P
PUBLIC tuti yulia

BAB 3 Baharianto Irfree P
PUBLIC tuti yulia

BAB 3 Baharianto Irfree P
PUBLIC tuti yulia

BAB 3 Baharianto Irfree P
PUBLIC tuti yulia

BAB 4 Baharianto Irfree P
PUBLIC tuti yulia

BAB 4 Baharianto Irfree P
PUBLIC tuti yulia

BAB 4 Baharianto Irfree P
PUBLIC tuti yulia

BAB 5 Baharianto Irfree P
PUBLIC tuti yulia

BAB 6 Baharianto Irfree P
PUBLIC tuti yulia

PUSTAKA Baharianto Irfree P
PUBLIC tuti yulia

Sub-cekungan Yani saat ini merupakan bagian dari daerah operasi China National Offshore Oil Company (CNOOC) SES Ltd. wilayah kerja South East Sumatra (SES). Sub-cekungan ini terletak sekitar 140 km utara lepas pantai utara Jawa bagian barat dan berada di bagian utara Cekungan Sunda. Sub-cekungan Yani adalah satu dari lima subcekungan berumur Tersier yang menyusun Cekungan Sunda. Semua sub-cekungan yang menyusun Cekungan Sunda memiliki latar belakang tektonik yang relatif sama sehingga mempunyai geometri dan stratigrafi penyusun cekungan yang sama. Meskipun tidak memiliki deposenter sedalam Sub-cekungan Seribu yang terletak di tengah deposenter Cekungan Sunda, Sub-cekungan Yani tetap mempunyai batuan induk aktif yang telah terbukti menghasilkan minyak. Sub-cekungan Yani selama ini dikenal sebagai sub-cekungan yang tidak memberikan kontribusi besar dalam hal menghasilkan hidrokarbon di wilayah kerja SES. Total cadangan minyak yang terbukti (OOIP) saat ini hanya sekitar 58 juta barel dengan produksi kumulatif 2,2 juta barel semenjak pertama kali diproduksikan pada tahun 2004. Satu-satunya lapangan yang memproduksi minyak adalah Lapangan Yani dengan reservoir berupa batupasir Banuwati Tengah berumur Eosen. Minyak yang diproduksi berjenis black oil dengan nilai API berkisar antara 30-35o API. Sampai saat ini belum diketahui dengan baik interval batuan induk yang menjadi batuan induk aktif dan estimasi perhitungan volume hidrokarbon yang dapat dihasilkannya. Konsep yang dianut selama ini adalah batuan induk aktif berasal dari serpih Anggota Banuwati Atas yang diendapkan pada lingkungan lakustrin dengan jendela kematangan diperkirakan berada pada kedalaman 9.500 kaki di bawah permukaan laut. Dengan menggunakan bukti dari hasil pengeboran eksplorasi dan analisis geokimia yang baru, dilakukan analisis geokimia terhadap Formasi Talangakar (Anggota Zelda) dan Banuwati (Anggota Banuwati Atas dan Tengah). Diduga terdapat lebih dari satu interval batuan induk aktif yang menghasilkan hidrokarbon pada Sub-cekungan Yani. Anggota Zelda dari Formasi Talangakar yang berupa perselingan serpih, batupasir dan batubara diperkirakan ikut berkontribusi dalam menghasilkan hidrokarbon. Serpih Anggota Zelda mempunyai nilai kekayaan material organik 0,8-5% yang cukup berpotensi sampai berpotensi sangat baik menjadi batuan induk. Nilai indeks hidrogen bervariatif dari 113-600, kerogen tipe I dan II yang berasal dari material organik alga air tawar dan material terestrial, dan diendapkan di lingkungan fluvial-lakustrin. Serpih Anggota Banuwati Atas dan Tengah memiliki karakteristik yang sama yaitu berupa ii serpih hitam dengan nilai indeks hidrogen hingga 596. Kedua interval memiliki rentang nilai kekayaan material organik sebesar 1-4% yang berasal dari material alga dan diendapkan dalam lingkungan lakustrin. Analisis kematangan material organik menggunakan Ro, Tmaks dan indeks warna spora (SCI), menunjukkan interval batuan induk memiliki tingkat kematangan dari belum matang sampai matang. Awal jendela kematangan batuan induk dari ketiga parameter tersebut diinterpretasi berada pada kedalaman 7.500 kaki di bawah permukaan laut sementara puncak kematangan interval batuan induk diinterpretasi berada pada kedalaman 8.300 kaki di bawah permukaan laut. Jendela tersebut lebih dangkal 1.200 kaki dari penelitian sebelumnya. Estimasi volume hidrokarbon yang dihasilkan batuan induk aktif di Sub-cekungan Yani dengan metode Schmoker menghasilkan total volume hidrokarbon mencapai angka 1,4 miliar barel minyak. Dengan total akumulasi cadangan hidrokarbon terbukti 58 juta barel minyak, maka efisiensi akumulasi hidrokarbon yang dihasilkan baru mencapai angka 4,1%, sehingga potensi eksplorasi untuk menemukan cadangan hidrokarbon yang tersisa sebesar kurang lebih 42 juta barel minyak masih cukup besar.