digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Afifah Nurazizatul Hasanah
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Afifah Nurazizatul Hasanah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Afifah Nurazizatul Hasanah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Afifah Nurazizatul Hasanah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Afifah Nurazizatul Hasanah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Afifah Nurazizatul Hasanah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Afifah Nurazizatul Hasanah
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Afifah Nurazizatul Hasanah
PUBLIC Alice Diniarti

Protein terapeutik saat ini merupakan metode alternatif dalam bidang medis untuk mengobati pasien dengan beberapa penyakit, seperti kanker, penyakit autoimunitas, dan kelainan genetik. Antibodi monoklonal adalah salah satu protein terapeutik yang umum diproduksi dan permintaan pasarnya selalu meningkat setiap tahunnya. Rekayasa genetik serta rekayasa proses pada suatu sel inang dilakukan agar dapat menghasilkan antibodi rekombinan dalam jumlah yang besar. Sel inang penghasil protein rekombinan dapat menggunakan lini sel mamalia, seperti lini sel Chinese Hamster Ovary (CHO) yang pada umumnya digunakan untuk mengekspresikan antibodi rekombinan karena kemampuannya untuk melakukan modifikasi pasca-translasi yang mirip dengan manusia dan dapat disesuaikan menjadi kultur suspensi sehingga lebih menguntungkan untuk produksi skala besar. Lini sel CHO strain TU1 yang digunakan sebagai sel inang pada penelitian ini berasal dari lini sel CHO-K1 yang telah direkayasa sehingga dapat memproduksi antibodi monoklonal IgG1 dalam jumlah yang tinggi. Rekayasa proses dilakukan untuk meningkatkan produktivitas produksi protein rekombinan pada lini sel CHO-TU1 dengan mengatur laju pertumbuhan sel dengan cara penambahan senyawa alam, misalnya kurkumin. Kurkumin merupakan senyawa polifenol dari tanaman Curcuma longa L. yang diketahui dapat memperlambat pertumbuhan sel dengan menahan fase G1 / S siklus sel pada sel kanker. Oleh karena itu, tujuan dari percobaan ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian kurkumin berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan sel serta produktivitas CHO-TU1 dalam menghasilkan IgG1. Pada penelitian ini, empat konsentrasi kurkumin (5, 10, 15, dan 20 ?g/ml) masing – masing ditambahkan dalam media kultur sel CHO-TU1. Viabilitas dan kepadatan sel diukur setiap 24 jam dan produksi IgG1 dianalisis menggunakan Sandwich-ELISA. Analisis siklus sel dilakukan dengan menggunakan Cell Clock Assay (Biocolor) dan Real Time q-PCR terhadap beberapa gen yang berperan dalam siklus sel, yakni ccnd1, ccnb1, dan caspase3. Hasil Sandwich-ELISA menunjukkan bahwa produksi IgG1 pada sel CHO-TU1 yang diberi perlakuan dengan 15 ?g/ml kurkumin lebih tinggi pada 120 jam pasca-administrasi dibandingkan dengan kontrol. Pengamatan siklus sel menunjukkan bahwa pemberian 15 ?g/ml kurkumin dapat memperlambat laju pertumbuhan sel CHO (p <0,05) dan menahan sel dalam fase G1 / S. Hal ini diperkuat dengan hasil RT-qPCR yang menunjukkan bahwa pemberian kurkumin dengan konsentrasi 15 ?g/ml dapat menghambat ekspresi ccnd1 yang berperan dalam transisi fase G1 / S pada siklus sel. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian kurkumin dengan konsentrasi 15 ?g/ml dapat menghambat siklus sel CHO-TU1 dan meningkatkan produktivitas IgG1 pada lini sel tersebut sehingga kurkumin berpotensi menjadi suplemen pada medium pertumbuhan CHO-TU1 untuk meningkatkan produktivitasnya dalam menghasilkan antibodi rekombinan IgG1.