digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Kety Intana Janesonia
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Kety Intana Janesonia
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Kety Intana Janesonia
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Kety Intana Janesonia
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Kety Intana Janesonia
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Kety Intana Janesonia
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 6 Kety Intana Janesonia
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Kety Intana Janesonia
PUBLIC Alice Diniarti

Pembangunan infrastruktur di Kota Surabaya menyebabkan perubahan bentuk kota seperti semakin sedikitnya ruang terbuka yang ada di pusat kota dan digantikan oleh kepadatnya bangunan yang semakin tinggi. Perubahan bentuk kota yang terjadi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kondisi micro-climate pada suatu Kawasan. Fenomena perubahan bentuk kota ini menyebabkan kenaikan suhu rata-rata Kota Surabaya yang meningkat dari tahun 1980 hingga 2017. Pada tahun 2017 temperatur udara rata-rata pada Kota Surabaya mencapai 34.1°C termasuk dalam kategori kurang nyaman atau terlalu panas jika dibandingkan dengan standar kenyamanan termal di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun prinsip perancangan Kawasan perkotaan yang didasarkan pada kenyamanan termal. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif untuk mengelompokkan tipe area penelitian berdasarkan local climate zones, menganalisis parameter iklim yang paling berpengaruh pada tiap tipe area dan hubungan komponen fisik terhadap parameter iklim menggunakan simulasi Envi-Met, analisis regresi dan analisis deskriptif kuantitatif serta menyusun prinsip perancangan melalui analisis deskriptif kuantitatif. Pada hasil penelitian didapatkan bahwa pada Kawasan Segiempat Emas Tunjungan (Tipe Area Highrise Building) memiliki parameter iklim yang paling berpengaruh yaitu kecepatan angin. Sehingga prinsip perancangan untuk tipe area ini lebih memprioitaskan pergerakan angin. Prinsip perancangan yang dapat mengalirkan angin lebih besar ke dalam kawasan adalah dengan meminimalisir rasio lahan terbangun (KDB), penataan masa bangunan dengan rasio yang lebih kecil berada pada ujung koridor, penataan orientasi jalan serta tutupan vegetasi pohon yang searah dengan arah angin. Pada Kawasan Rumah Susun Penjaringan Sari (Tipe Area Midrise Building) dan Kawasan Perumahan Tegalsari (Tipe Area Lowrise Building) parameter yang paling berpengaruh adalah kelembaban udara. Prinsip perancangan Pada Kawasan Rumah Susun Penjaringan Sari (Tipe Area Midrise Building) meliputi ketentuan KLB minimum untuk menaikan indikator ketinggian bangunan, penataan jarak antar bangunan, orientasi bangunan dan jalan, serta tutupan vegetasi pohon yang tegak lurus dengan arah matahari. Prinsip perancangan pada Kawasan Perumahan Tegalsari (Tipe Area Lowrise Building) meliputi ketentuan maksimal lahan terbangun (KDB) penataan jarak antar bangunan, penataan orientasi bangunan dan jalan yang searah dengan arah angin dan tegak lurus dengan radiasi matahari, ketentuan maksimum KLB, penambahan pembayangan pohon pada ruang terbuka serta meminimalisir ketersediaan badan air.