digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Marcus Gartiwa
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Marcus Gartiwa
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Marcus Gartiwa
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Marcus Gartiwa
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Marcus Gartiwa
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Marcus Gartiwa
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 6 Marcus Gartiwa
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Marcus Gartiwa
PUBLIC Alice Diniarti

Cara-cara manusia mengelola lingkungan binaan di perkotaan memberikan efek kerusakan lingkungan alami baik lingkungan atmosferik, akuatik maupun lingkungan tanah. Manusia cenderung menggunakan berbagai alat pengkondisi lingkungan buatan seperti mesin AC yang mengkonsumsi energi dan mengemisikan CO2. Cara bermukim yang berselaras dengan lingkungan ditunjukkan oleh masyarakat venakular pedesaan di Banten. Kajian kearifan lokal pada desa–desa vernakular di berbagai kawasan di Indonesia dan di negaranegara Asia lainnya, menunjukkan kenyamanan termal masih menjadi fokus penelitian, sehingga diperlukan penelitian yang lebih luas yang meliputi cara-cara adaptasi lingkungan klimatik di daerah Tropis Ekuatorial, contohnya Indonesia. Kearifan lokal sudah banyak diabaikan oleh masyarakat modern seperti nilai-nilai keberlanjutan lingkungan yang meliputi ketahanan bangunan dan daya dukung alamnya. Kearifan lokal dalam modus adaptasi klimatik masyarakat vernakular perlu diungkap melalui penelitian pemukiman masyarakat Kampung Cikeusik (Baduy Dalam), Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Dengan demikian, tujuan penelitian mencakup : a) memahami kearifan lokal dalam modus adaptasi klimatik masyarakat kampung Cikeusik, b) mengevaluasi tingkat efektifitas masing-masing modus adaptasi klimatik, c) mengembangkan potensi kearifan lokal dalam adaptasi klimatik pemukiman modern. Lingkup adaptasi klimatik mencakup: modifikasi iklim, ketahanan bahan, serta daya dukung alam. Penelitian dilaksanakan sebagai perluasan dari penelitian-penelitian terdahulu, yaitu kinerja klimatik, baik lingkungan tapak dan bangunan. Hal tersebut dilaksanakan dengan metoda deskriptif-kuantitatif, melalui serangkaian aktivitas: 1) penelaahan pustaka, 2) pengumpulan data lapangan, dengan sample-purporsif, 3) menganalisis efektifitas modus adaptasi klimatik, 4) melaksanakan intepretasi dari berbagai analisis, 5) mengungkap modus adaptasi yang dapat dikembangkan, 6) langkah strategis untuk mengembangkan potensi kearifan lokal secara teknis dan konseptual. Pengukuran empirik unsur-unsur iklim dilanjutkan dengan korelasinya dengan fisik bangunan, analisis berbagai kurva klimatik mendukung suatu kesimpulan tentang kearifan lokal masyarakat Desa Kanekes, khususnya Kampung Cikeusik (Baduy Dalam) adalah bentuk dari modus adaptasi klimatik terhadap iklim pegunungan. Metoda adaptasi lingkungan klimatik diterapkan dalam tiga tingkatan, yaitu: 1) skala Desa Kanekes berupa upaya-upaya untuk mempertahankan pelestarian alam pegunungan, yang ditunjukkan dalam bentuk zonasi desa arah horisontal serta vertikal, 2) skala kampung/tapak berupa keberadaan ruang terbuka, topografi alami, sumbu kampung Utara-Selatan, serta konfigurasi bangunan, 3) skala bangunan berupa orientasi bangunan, lantai diangkat dari tanah (rumah panggung), kemiringan atap bangunan, luas bukaan yang relatif kecil, kulit bangunan berpori, serta fungsi perapian. Gradasi bahan berdasarkan kemudahan didaur-ulang, serta ketahanan bahan. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, yang mencakup: a) teoritis adalah pemahaman yang lebih mendalam tentang kearifan lokal masyarakat vernakular dalam adaptasi klimatik melalui desain pasif, baik lingkungan tapak maupun bangunan untuk memperoleh kenyamanan hunian, b) praksis adalah penerapan kearifan lokal masyarakat vernakular dalam menerapkan berbagai rekayasa lingkungan binaan dan bangunan dalam beradaptasi dengan iklim lokal, yang melibatkan kemampuan memodifikasi iklim, ketahanan bahan dan daya dukung alam.