digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Harun
PUBLIC yana mulyana

COVER Harun
PUBLIC yana mulyana

BAB 1 Harun
PUBLIC yana mulyana

BAB 2 Harun
PUBLIC yana mulyana

BAB 3 Harun
PUBLIC yana mulyana

BAB 4 Harun
PUBLIC yana mulyana

BAB 5 Harun
PUBLIC yana mulyana

PUSTAKA Harun
PUBLIC yana mulyana

Futsal adalah olahraga intermitten-intensitas tinggi yang memerlukan kemampuan fisik yang tinggi serta memiliki jadwal pertandingan yang padat dan waktu pemulihan yang singkat saat masa kompetisi. Pemulihan yang optimal sangat diperlukan setelah latihan fisik yang intensif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh krioterapi dan akupuntur terhadap performa fisik, kadar laktat, dan nyeri otot setelah latihan Futsal-Specific Intermitten Shuttle Protocol (FISP) pada atlet futsal mahasiswa. Metode penelitian menggunakan experimental counterbalance crossover pada sebelas pemain futsal mahasiswa untuk melakukan latihan FISP selama 3 pekan dan 3 jenis pemulihan yang berbeda pada setiap pekannya. Pekan pertama semua pemain melakukan istirahat pasif, pekan kedua diberikan treatmen krioterapi, dan pekan ketiga diberikan treatmen akupuntur. Tinggi countermovement jump (CMJ), sprint 20 m, kadar laktat, dan nyeri otot diukur sebelum latihan, setelah latihan, setelah pemulihan, dan 24 jam setelah pemulihan. Perubahan hasil pengukuran diolah menggunakan uji-t berpasangan (p<0,05). Terdapat perbedaan bermakna pada performa CMJ untuk kelompok krioterapi dibanding kelompok akupuntur dan istirahat pasif segera setelah pemulihan dan pada 24 jam setelah pemulihan (p<0,05). Kelompok krioterapi signifikan lebih cepat pulih pada sprint 20 m dibandingkan kelompok pasif (p=0,000) segera setelah pemulihan dan pada 24 jam setelah pemulihan, krioterapi dan akupuntur masingmasing signifikan terhadap kelompok pasif (p<0,05). Namun tidak ada perbedaan bermakna di antara keduanya (p=0,404). Ketiga kelompok pemulihan tidak menunjukkan perbedaan bermakna pada pengukuran kadar laktat segera setelah pemulihan (p>0,05). Pada parameter nyeri otot, kelompok krioterapi menunjukkan perbedaan bermakna dengan akupuntur segera setelah pemulihan (p=0,014). Sedangkan pada 24 jam setelah pemulihan pada kelompok krioterapi dan akupuntur, masing-masing signifikan dengan kelompok pasif (p<0,05), namun tidak menunjukkan berbedaan bermakna di antara keduanya (p=0,385). Kesimpulan dari penelitian ini adalah krioterapi memiliki pengaruh lebih baik dalam mempercepat pemulihan (power, kecepatan, dan nyeri otot) segera dan 24 jam setelah pemulihan. Sedangkan akupuntur hanya dapat mempercepat pemulihan kecepatan 24 jam setelah pemulihan. Krioterapi memiliki pengaruh lebih baik dalam pemulihan performa fisik dibandingkan akupuntur.