digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT Labitta Benderang Usaha atau disebut PT LBU adalah perusahaan besar dan sedang yang menyediakan beragam alas kaki. PT LBU sering mengalami kelebihan dan kekurangan produksi pada salah satu mereknya yaitu Lamonty. Dalam meramalkan permintaannya, PT LBU hanya menggunakan satu metode, yaitu pendekatan naif yang menggunakan data permintaan bulan sebelumnya untuk menentukan jumlah produksi pada bulan berikutnya. Untuk menghadapi permintaan yang diprekdiksi akan tinggi, PT LBU meningkatkan jam kerja pegawai sebagai strateginya. Tetapi dengan strategi ini, perusahaan tetap mengalami kekurangan produksi di bulan-bulan tertentu. PT LBU hanya menggunakan strategi ini untuk perencanaan agregatnya. Namun, perusahaan dituntut untuk memenuhi permintaan pelanggan dan meningkatkan efisiensi, terutama di sektor produksi. Untuk mencapai tingkat efisiensi ini, perusahaan perlu menemukan metode peramalan permintaan yang paling optimal dan strategi perencanaan agregat yang paling tepat untuk diterapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi metode peramalan permintaan yang paling optimal dan perencanaan agregat yang paling tepat untuk diterapkan di PT LBU yang berfokus pada Lamonty Brand. Peramalan adalah prediksi tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode peramalan timeseries yang menggunakan Simple Moving Average (SMA), Single Exponential Smoothing, Holt’s Model, dan Winter’s Model. Hasil dari metode ini akan dibandingkan dengan 4 rumus error termasuk Mean Squared Error (SME), Mean Absolute Deviation (MAD), dan Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Untuk menemukan metode mana yang memiliki tingkat error terkecil. Dari evaluasi error, Winter’s Model memiliki MAD, MSE, MAPE terkecil yaitu 105,33, 21813,9, dan 4,72% dibandingkan dengan metode lain seperti strategi perusahaan yang memiliki 164,47 MAD, 46,195 MSE, dan 6,66% dari MAPE, 6-month Moving Average dengan 199,76 MAD, 57568 MSE, dan 14,44% MAPE, Single Exponential Smoothing dengan 182,21 MAD, 55912 MSE, dan 12,74% MAPE, dan Holt’s Model dengan MAD 105,33, MSE 55140, dan MAPE 4,72%. Ini berarti bahwa model Winter’s Model adalah metode peramalan permintaan yang paling optimal untuk penggunaan PT LBU terhadap Lamonty. Data dari hasil peramalan dapat digunakan untuk menghitung strategi perencanaan agregat yang paling tepat untuk perusahaan. Perencanaan agregat bertujuan untuk memenuhi permintaan dengan memaksimalkan keuntungan bagi perusahaan dengan mengidentifikasi parameter operasional untuk periode waktu tertentu. Ada 4 strategi perencanaan agregat yang dipraktikkan, yaitu strategi perusahaan menggunakan pekerja lembur, Chase Strategy, Level Strategy, Linear Programming. Strategi Linear Programming memiliki biaya produksi terkecil yaitu Rp 463.092.586. Strategi ini dapat meminimalkan total biaya dari strategi yang telah digunakan perusahaan hingga IDR 169.147.414. Jadi, strategi perencanaan agregat yang paling tepat untuk Lamonty Brand di PT LBU adalah menggunakan strategi Linear Porgramming yang menghasilkan . Rekomendasi untuk merek Lamonty di PT LBU berdasarkan hasil penelitian adalah untuk mengimplementasikan Model Winter ke metode peramalan permintaan karena metode ini memiliki pengukuran kesalahan terkecil. Dengan model Winter, perusahaan dapat meminimalkan kesalahan antara produksi dan permintaan setiap bulannya untuk menghindari kelebihan produksi dan kekurangan produksi. Rekomendasi untuk strategi agregat yang dapat digunakan PT LBU dalam merek Lamonty adalah optimalisasi menggunakan strategi pemrograman linier.