digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2007 TS PP Rr POPPY PUSPITASARI 1-COVER
PUBLIC Yanti Sri Rahayu, S.Sos

2007 TS PP Rr POPPY PUSPITASARI 1-BAB 1
PUBLIC Yanti Sri Rahayu, S.Sos

2007 TS PP Rr POPPY PUSPITASARI 1-BAB 2
PUBLIC Yanti Sri Rahayu, S.Sos

2007 TS PP Rr POPPY PUSPITASARI 1-BAB 3
PUBLIC Yanti Sri Rahayu, S.Sos

2007 TS PP Rr POPPY PUSPITASARI 1-BAB 4
PUBLIC Yanti Sri Rahayu, S.Sos

2007 TS PP Rr POPPY PUSPITASARI 1-BAB 5
PUBLIC Yanti Sri Rahayu, S.Sos

2007 TS PP Rr POPPY PUSPITASARI 1-PUSTAKA
PUBLIC Yanti Sri Rahayu, S.Sos

Uji tarik dengan laju pembebanan tinggi adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui sifat mekanik material pada pembebanan tarik dengan laju regangan 102-104/s. Metode ini pertama kali dilakukan oleh John Hopkinson (1872) dan Bertram Hopkinson (1914) dengan menggunakan tumbukan batang panjang elastis yang kemudian dinamakan Split Hopkinson Pressure Bar (SHPB). Metode SHPB adalah suatu metode yang rumit, untuk itu dalam penelitian ini dilakukan uji tarik dengan laju regangan tinggi dengan menggunakan mesin uji impak pendulum dengan tambahan dudukan untuk spesimen. Metode ini dilakukan untuk mengetahui fenomena ductile to brittle pada kuningan dengan variasi energi pada spesimen tanpa notch (STN) dan spesimen dengan notch (SDN). Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju regangan yang dihasilkan adalah 0,5 x 103 – 1,9 x 103 /s (STN) dan 1,9 x 103 – 8,2 x 103 /s (SDN). Elongation pada STN dan SDN dengan laju regangan tinggi menunjukkan peningkatan, tetapi harga elongation dengan laju regangan rendah justru lebih kecil. Sehingga dapat dikatakan bahwa fenomena ductile to brittle akibat laju regangan tinggi tidak terjadi pada penelitian ini. Kedua jenis spesimen mengalami brittle cleavage fracture.