digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan-bahan alam hayati dan jenisnya sangat bervariasi terutama tumbuhan, sehingga banyak digunakan untuk kebutuhan pangan, sandang dan papan. Lebih dari 80% populasi di dunia menggunakan pengobatan herbal yang berasal dari tumbuhan. Popularitas dan perkembangan obat tradisional tersebut semakin meningkat seiring dengan adanya kecenderungan masyarakat kembali ke alam sehingga banyak yang tertarik untuk meneliti tumbuhan Indonesia ini. Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi sebagai obat adalah Cryptocarya yang dikenal dengan nama daerah “medang-medangan” yang merupakan salah satu genus dengan tingkat evolusi tinggi pada famili Lauraceae. Genus ini tersebar di daerah tropis dan subtropis yaitu di Asia, Australia, Melanesia, dataran Afrika bagian selatan, dan Brazil. Tumbuhan Cryptocarya memiliki nilai ekonomis karena batangnya dapat digunakan untuk bahan bangunan dan pulp. Tumbuhan ini juga digunakan sebagai obat tradisional, seperti penyakit kulit, nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala, mual, infeksi karena jamur dan bakteri. Sekitar 26 spesies Cryptocarya yang tumbuh di Indonesia telah dikaji kandungan metabolit sekundernya. Adapun metabolit sekunder utama dari Cryptocarya Indonesia yaitu piron dan flavonoid. Selain itu, diisolasi pula alkaloid, stilben, lignan, terpenoid, steroid dan asam karboksilat. Metabolit sekunder tersebut juga memiliki bioaktivitas yang beragam seperti antikanker, antimalaria, antiinflamasi dan antimikroba. Salah satu spesies Cryptocarya yang ada di Indonesia adalah C. densiflora yang kulit batangnya telah digunakan oleh masyarakat Kalimantan sebagai obat terhadap serangan hewan beracun, menghilangkan sakit kejang, TBC, disentri dan penyakit kelamin. Kajian fitokimia pada C. densiflora telah dilaporkan oleh peneliti sebelumya, yaitu dari kulit batang C. densiflora (Malaysia) telah diisolasi turunan alkaloid yaitu laurotetanin, retikulin, dan isokaryacin. Sementara itu, dari daunnya telah diperoleh N-metillaurotetanin dan kricin. Selain itu, dari kulit batang C. densiflora (Kalimantan) telah dihasilkan alkaloid retikulin serta turunan terpenoid yaitu linderan dan pseudolinderadin. Pada penelitian ini dilakukan isolasi metabolit sekunder dari kulit batang C. densiflora (Jawa Barat) yang diperoleh dari Taman Hutan Raya Juanda, Dago, Bandung. Isolasi metabolit sekunder dilakukan melalui serangkaian metode pemisahan meliputi maserasi menggunakan aseton, fraksinasi serta pemurnian dengan menggunakan teknik kromatografi cair vakum (KCV) dan kromatografi radial (KR). Pada penelitian ini, dua senyawa aromatik sederhana yaitu benzilbenzoat (130) dan 4-alil-2,6- dimetoksifenol (131) telah berhasil dipisahkan dari ekstrak aseton kulit batang C. densiflora. Struktur senyawa hasil isolasi ditentukan berdasarkan data spektroskopi meliputi 1D NMR (1H, 13C) serta 2D NMR (HSQC, HMBC, 1H-1H COSY). Dua senyawa tersebut untuk pertama kalinya dilaporkan dari kulit batang C. densiflora. Proses isolasi senyawa alam dan teknik-teknik pemisahan yang telah dilakukan dapat digunakan sebagai media pendukung untuk meningkatkan pembelajaran kimia organik di SMA sehingga materi kimia, khususnya kimia organik menjadi lebih menarik.