digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Siti Hawa Fitrah Eke
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Siti Hawa Fitrah Eke
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Siti Hawa Fitrah Eke
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Siti Hawa Fitrah Eke
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Siti Hawa Fitrah Eke
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Siti Hawa Fitrah Eke
PUBLIC Yoninur Almira

Peningkatan wisatawan yang pesat, kepadatan bangunan yang tinggi, pola spasial yang terkonsentrasi pada kawasan pariwisatan, kepemilikan lahan yang dominan pihak pendatang, menunjukan adanya perkembangan pariwisata masal yang tidak berkelanjutan di Labuan Bajo. Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk mempertahankan keberlanjutan pariwisata di Labuan Bajo. Kerangka Limit of Acceptable Change (LAC) digunakan sebagai alat keberlanjutan untuk mengidentifikasi batas perubahan dari perkembangan pariwisata di Labuan Bajo. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi indikator lingkungan maupun sosial yang menjadi batas perubahan perkembangan pariwisata Labuan Bajo berdasarkan prespektif masing-masing kelompok masyarakat. Sasaran dari penelitian ini adalah teridentifikasinya isu atau masalah pariwisaa Labuan Bajo berdasarkan prespektif pemangku kepentingan, deskripsi kelas peluang pariwisata Labuan Bajo, serta identifikasi indikator lingkungan maupun sosial yang menjadi batas perubahan pariwisata Labuan Bajo berdasarkan prespektif masyarakat Labuan Bajo. Metode pengumpulan data berupa observasi langsung, wawancara dan survei kuisioner. Survei kuisioner dilakukan dengan melibatkan responden masyarakat Labuan bajo yang dibagi berdasarkan kelompok-kelompok masyarakat yaitu kelompok nelayan, kelompok masyarakat Manggarai Barat, kelompok pengusaha dan pekerja asal Manggarai Barat, serta kelompok pengusaha dan pekerja yang berasal dari luar Manggarai barat atau pendatang. Skala likert digunkaan pada pengumpulan data melalui kuisioner untuk mengukur penilaian masyarakat berdasarkan tingkat kepentingan dan kondisi masing-masing indikator lingkungan dan sosial. Skala 1 untuk sangat tidak pening hingga skala 5 untuk sangat penting pada penilaian tingkat kepentingan masyarakat terhadap indikator lingkungan dan sosial. Sedangkan skala 1 untuk sangat buruk hingga skala 5 untuk sangat baik untuk penilaian kondisi masing-masing indikator lingkungan maupun sosial. Metode analisis yang digunakan terdiri dari analisi deskriptif kualitatif untuk menganalisis isu atau masalah pariwisata Labuan Bajo berdasarkan prespektif pemangku kepentingan dan deskripsi kelas peluang serta analisis kuantitatif dengan pendekatan important performance analysis (IPA) untuk mengidentifikasi indikator lingkungan maupun sosial yang menjadi batas perubahan perkemabangan pariwisata Labuan Bajo. Indikator batas perubahan merupakan indikator yang dinilai penting namun memiliki penilaian kondisi yang buruk berdasarkan ii prespektif masyarakat atau merupakan indikator yang termasuk dalam kuadran 1 pada diagram IPA. Dari hasil analisis diketahui isu atau masalah perkembangan pariwisata di Labuan Bajo berdasarkan prespektif pemangku kepentingan di Labuan bajo adalah sampah, kuantitas air besih, kepadatan lahan, kemacetan, harga lahan yang tinggi, migrasi penduduk ke Labuan Bajo, serta akses publik ke objek wisata. Berdasarkan tujuan manajemen, aksesibilitas, infrastruktur eksisting, serta faktor pengelola pengunjung maka kelas peluang pariwisata di Labuan Bajo disimpulkan tergolong pariwisata rural-urban. Iindikator yang menajdi batas perubahan perkembangan pariwisata Labuan Bajo adalah banyaknya sampah, ketersediaan ruang terbuka, kualitas dan kuantitas air, harga bahan makanan, kualitas transportasi serta akses terhadap objek wisata. Selain itu dua indikator tambahan yang hampir mendekati kondisi batas perubahan yang dapat diterima adalah pembangunan yang tidak terkontrol serta banyaknya bangunan baru. Dari hasil analisis disimpulkan secara umum rata-rata tingkat kepentingan terhadap indikator lingkungan maupun sosial tersebut lebih tinggi dibanding penilaian kondisi indikator- indikator tersebut. Hal ini menunjukan perlu adanya pengelolaan lebih lanjut terhadap indikator-indikator batas perubahan yang bisa diterima untuk mempertahankan keberlanjutan Labuan Bajo baik sebagai tempat tinggal masyarakat mapun destinasi wisata.