2019_TS_PP_SITI_HAWA_FITRAH_EKE_ABSTRAK.pdf
PUBLIC Yoninur Almira BAB 1 Siti Hawa Fitrah Eke
PUBLIC Yoninur Almira BAB 2 Siti Hawa Fitrah Eke
PUBLIC Yoninur Almira BAB 3 Siti Hawa Fitrah Eke
PUBLIC Yoninur Almira BAB 4 Siti Hawa Fitrah Eke
PUBLIC Yoninur Almira BAB 5 Siti Hawa Fitrah Eke
PUBLIC Yoninur Almira BAB 6 Siti Hawa Fitrah Eke
PUBLIC Yoninur Almira
Peningkatan wisatawan yang pesat, kepadatan bangunan yang tinggi, pola spasial
yang terkonsentrasi pada kawasan pariwisatan, kepemilikan lahan yang dominan
pihak pendatang, menunjukan adanya perkembangan pariwisata masal yang tidak
berkelanjutan di Labuan Bajo. Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk
mempertahankan keberlanjutan pariwisata di Labuan Bajo. Kerangka Limit of
Acceptable Change (LAC) digunakan sebagai alat keberlanjutan untuk
mengidentifikasi batas perubahan dari perkembangan pariwisata di Labuan Bajo.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi indikator lingkungan maupun sosial
yang menjadi batas perubahan perkembangan pariwisata Labuan Bajo berdasarkan
prespektif masing-masing kelompok masyarakat. Sasaran dari penelitian ini adalah
teridentifikasinya isu atau masalah pariwisaa Labuan Bajo berdasarkan prespektif
pemangku kepentingan, deskripsi kelas peluang pariwisata Labuan Bajo, serta
identifikasi indikator lingkungan maupun sosial yang menjadi batas perubahan
pariwisata Labuan Bajo berdasarkan prespektif masyarakat Labuan Bajo.
Metode pengumpulan data berupa observasi langsung, wawancara dan survei
kuisioner. Survei kuisioner dilakukan dengan melibatkan responden masyarakat
Labuan bajo yang dibagi berdasarkan kelompok-kelompok masyarakat yaitu
kelompok nelayan, kelompok masyarakat Manggarai Barat, kelompok pengusaha
dan pekerja asal Manggarai Barat, serta kelompok pengusaha dan pekerja yang
berasal dari luar Manggarai barat atau pendatang. Skala likert digunkaan pada
pengumpulan data melalui kuisioner untuk mengukur penilaian masyarakat
berdasarkan tingkat kepentingan dan kondisi masing-masing indikator lingkungan
dan sosial. Skala 1 untuk sangat tidak pening hingga skala 5 untuk sangat penting
pada penilaian tingkat kepentingan masyarakat terhadap indikator lingkungan dan
sosial. Sedangkan skala 1 untuk sangat buruk hingga skala 5 untuk sangat baik
untuk penilaian kondisi masing-masing indikator lingkungan maupun sosial.
Metode analisis yang digunakan terdiri dari analisi deskriptif kualitatif untuk
menganalisis isu atau masalah pariwisata Labuan Bajo berdasarkan prespektif
pemangku kepentingan dan deskripsi kelas peluang serta analisis kuantitatif dengan
pendekatan important performance analysis (IPA) untuk mengidentifikasi
indikator lingkungan maupun sosial yang menjadi batas perubahan perkemabangan
pariwisata Labuan Bajo. Indikator batas perubahan merupakan indikator yang
dinilai penting namun memiliki penilaian kondisi yang buruk berdasarkan
ii
prespektif masyarakat atau merupakan indikator yang termasuk dalam kuadran 1
pada diagram IPA.
Dari hasil analisis diketahui isu atau masalah perkembangan pariwisata di Labuan
Bajo berdasarkan prespektif pemangku kepentingan di Labuan bajo adalah sampah,
kuantitas air besih, kepadatan lahan, kemacetan, harga lahan yang tinggi, migrasi
penduduk ke Labuan Bajo, serta akses publik ke objek wisata. Berdasarkan tujuan
manajemen, aksesibilitas, infrastruktur eksisting, serta faktor pengelola pengunjung
maka kelas peluang pariwisata di Labuan Bajo disimpulkan tergolong pariwisata
rural-urban. Iindikator yang menajdi batas perubahan perkembangan pariwisata
Labuan Bajo adalah banyaknya sampah, ketersediaan ruang terbuka, kualitas dan
kuantitas air, harga bahan makanan, kualitas transportasi serta akses terhadap objek
wisata. Selain itu dua indikator tambahan yang hampir mendekati kondisi batas
perubahan yang dapat diterima adalah pembangunan yang tidak terkontrol serta
banyaknya bangunan baru. Dari hasil analisis disimpulkan secara umum rata-rata
tingkat kepentingan terhadap indikator lingkungan maupun sosial tersebut lebih
tinggi dibanding penilaian kondisi indikator- indikator tersebut. Hal ini menunjukan
perlu adanya pengelolaan lebih lanjut terhadap indikator-indikator batas perubahan
yang bisa diterima untuk mempertahankan keberlanjutan Labuan Bajo baik sebagai
tempat tinggal masyarakat mapun destinasi wisata.