digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Persoalan kemacetan di Kota Bandung mendorong pemerintah Kota Bandung untuk mengembangkan transportasi umum massal, yaitu LRT. Berdasarkan draft Rencana Induk Transportasi Kota Bandung, salah satu koridor yang diprioritaskan pengembangannya yaitu LRT Koridor III. LRT Koridor III direncanakan memiliki sebelas stasiun dengan rute loopline dari Stasiun Kebon Kawung Bandung hingga Viaduct. Rencana stasiun-stasiun tersebut direncanakan akan dikembangkan menggunakan konsep Transit Oriented Development (TOD). Konsep TOD merupakan sebuah konsep pengembangan kawasan yang mengintegrasikan antara penggunaan lahan dengan transportasi umum massal (transit). Terdapat hubungan positif antara TOD dengan penggunaan angkutan umum massal. Salah satu aspek penting didalam kawasan TOD adalah bentuk penggunaan lahan. Aspek penting didalam TOD diyakini akan mampu meningkatkan penggunaan angkutan umum massal. Di Indonesia, terdapat Pedoman Pengembangan Kawasan Berbasis Transit (Permen ATR Nomor 16 Tahun 2017), pedoman tersebut sudah mengatur mengenai penggunaan lahan di kawasan TOD namun belum diketahui performanya untuk meningkatkan penggunaan SAUM. Penelitian-penelitian terdahulu pun melihat hubungan antara guna lahan dan penggunaan SAUM pada konteks Kawasan TOD yang sudah berkembang atau sudah berhasil dibangun, belum pada tahap rencana atau Kawasan TOD yang belum dikembangkan. Di Indonesia, pengembangan TOD lebih terfokus kepada pengembangan kawasannya, sedangkan secara teoritik dan preseden, TOD digunakan sebagai mekanisme keberlanjutan dari sistem transit, sehingga perlu diestimasi pengembangan kawasan TOD untuk dapat menghasilkan bangkitan/ tarikan penumpang yang tetap dapat mendukung sistem transitnya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model dampak guna lahan terhadap jumlah penumpang SAUM dalam konteks rencana kawasan TOD. Pendekatan yang akan dilakukan adalah pendekatan ex-ante. Metode yang digunakan untuk pengembangan model tersebut yaitu analisis regresi. Variabel dependen yang digunakan yaitu jumlah pergerakan orang per jam dengan data ii berasal dari hasil traffic counting pada kondisi eksisting, dan terdapat enam variabel independen yang digunakan berasal dari rumusan kriteria indikator pada prinsip prinsip pengembangan kawasan TOD, yaitu jumlah jenis guna lahan yang berbeda, luas guna lahan perumahan, luas guna lahan campuran, luas guna lahan perkantoran, luas guna lahan perdagangan dan jasa, serta luas guna lahan sarana pelayanan umum. Temuan studi menyatakan model yang berhasil dirumuskan memiliki kelemahan dalam akurasi estimasi. Kelemahan tersebut disebabkan oleh faktor pemilihan variabel, penentuan sampel dan metode pengembangan model. Namun, model tetap dapat digunakan dalam memberikan pemahaman terkait guna lahan apa saja yang dapat memengaruhi jumlah pe numpang SAUM dan guna lahan mana yang memberikan kontribusi paling besar terhadap jumlah penumpang SAUM.