2019_TS_PP_DIARY_NURWIDYA_ABSTRAK_1.pdf
PUBLIC Yoninur Almira 2019_TS_PP_DIARY_NURWIDYA_BAB_1.pdf
PUBLIC Yoninur Almira 2019_TS_PP_DIARY_NURWIDYA_BAB_2.pdf
PUBLIC Yoninur Almira 2019_TS_PP_DIARY_NURWIDYA_BAB_3.pdf
PUBLIC Yoninur Almira 2019_TS_PP_DIARY_NURWIDYA_BAB_4.pdf
PUBLIC Yoninur Almira 2019_TS_PP_DIARY_NURWIDYA_BAB_5.pdf
PUBLIC Yoninur Almira 2019_TS_PP_DIARY_NURWIDYA_BAB_6.pdf
PUBLIC Yoninur Almira 2019_TS_PP_DIARY_NURWIDYA_DAFTAR_PUSTAKA.pdf
PUBLIC Yoninur Almira 2019_TS_PP_DIARY_NURWIDYA_LAMPIRAN_A.pdf
PUBLIC Yoninur Almira 2019_TS_PP_DIARY_NURWIDYA_LAMPIRAN_B.pdf
PUBLIC Yoninur Almira
Persoalan kemacetan di Kota Bandung mendorong pemerintah Kota Bandung untuk
mengembangkan transportasi umum massal, yaitu LRT. Berdasarkan draft Rencana
Induk Transportasi Kota Bandung, salah satu koridor yang diprioritaskan
pengembangannya yaitu LRT Koridor III. LRT Koridor III direncanakan memiliki
sebelas stasiun dengan rute loopline dari Stasiun Kebon Kawung Bandung hingga
Viaduct. Rencana stasiun-stasiun tersebut direncanakan akan dikembangkan
menggunakan konsep Transit Oriented Development (TOD). Konsep TOD
merupakan sebuah konsep pengembangan kawasan yang mengintegrasikan antara
penggunaan lahan dengan transportasi umum massal (transit). Terdapat hubungan
positif antara TOD dengan penggunaan angkutan umum massal. Salah satu aspek
penting didalam kawasan TOD adalah bentuk penggunaan lahan. Aspek penting
didalam TOD diyakini akan mampu meningkatkan penggunaan angkutan umum
massal. Di Indonesia, terdapat Pedoman Pengembangan Kawasan Berbasis Transit
(Permen ATR Nomor 16 Tahun 2017), pedoman tersebut sudah mengatur mengenai
penggunaan lahan di kawasan TOD namun belum diketahui performanya untuk
meningkatkan penggunaan SAUM. Penelitian-penelitian terdahulu pun melihat
hubungan antara guna lahan dan penggunaan SAUM pada konteks Kawasan TOD
yang sudah berkembang atau sudah berhasil dibangun, belum pada tahap rencana
atau Kawasan TOD yang belum dikembangkan. Di Indonesia, pengembangan TOD
lebih terfokus kepada pengembangan kawasannya, sedangkan secara teoritik dan
preseden, TOD digunakan sebagai mekanisme keberlanjutan dari sistem transit,
sehingga perlu diestimasi pengembangan kawasan TOD untuk dapat menghasilkan
bangkitan/ tarikan penumpang yang tetap dapat mendukung sistem transitnya. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model dampak guna
lahan terhadap jumlah penumpang SAUM dalam konteks rencana kawasan TOD.
Pendekatan yang akan dilakukan adalah pendekatan ex-ante. Metode yang
digunakan untuk pengembangan model tersebut yaitu analisis regresi. Variabel
dependen yang digunakan yaitu jumlah pergerakan orang per jam dengan data
ii
berasal dari hasil traffic counting pada kondisi eksisting, dan terdapat enam variabel
independen yang digunakan berasal dari rumusan kriteria indikator pada prinsip prinsip pengembangan kawasan TOD, yaitu jumlah jenis guna lahan yang berbeda,
luas guna lahan perumahan, luas guna lahan campuran, luas guna lahan
perkantoran, luas guna lahan perdagangan dan jasa, serta luas guna lahan sarana
pelayanan umum. Temuan studi menyatakan model yang berhasil dirumuskan
memiliki kelemahan dalam akurasi estimasi. Kelemahan tersebut disebabkan oleh
faktor pemilihan variabel, penentuan sampel dan metode pengembangan model.
Namun, model tetap dapat digunakan dalam memberikan pemahaman terkait guna
lahan apa saja yang dapat memengaruhi jumlah pe numpang SAUM dan guna lahan
mana yang memberikan kontribusi paling besar terhadap jumlah penumpang
SAUM.