digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Asma Fithriyatul Hanifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Asma Fithriyatul Hanifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Asma Fithriyatul Hanifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Asma Fithriyatul Hanifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Asma Fithriyatul Hanifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Asma Fithriyatul Hanifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

DAFTAR Asma Fithriyatul Hanifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

LAMPIRAN Asma Fithriyatul Hanifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

JURNAL Asma Fithriyatul Hanifah
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Lahirnya UU desa Nomor 6 tahun 2014 telah memosisikan desa menjadi subjek dalam perencanaan. Undang-undang desa secara khusus mengamanatkan bahwa perumusan Pembangunan Desa harus dilakukan berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat desa. Penilaian kebutuhan masyarakat dapat dilakukan melalui pengumpulan gagasan atau penyaluran aspirasi. Dalam proses pelaksanaan pembangunan desa, penyaluran aspirasi masyarakat tidak terlepas dari karakteristik unik desa itu sendiri. Desa Guranteng Kabupaten Tasikmalaya merupakan desa dengan karakteristik persebaran penduduk yang tersebar luas (scattered) dengan aksesibilitas yang rendah. Sementara faktor aksesibilitas mempengaruhi tingkat partisipasi dengan nilai signifikansi tinggi. Untuk itu dilakukanlah studi mengenai karakteristik penyaluran aspirasi dengan mempertimbangkan karakteristik desa secara ruang dan sosial budaya. Dalam menggambarkan karakteristik penyaluran aspirasi, penelitian ini mempertimbangkan komponen-komponen tertentu yang terdiri dari aktor, mekanisme, sektor, serta efektivitas aspirasi dalam pengaruhnya kepada perencanaan pembangunan desa. Untuk menentukan aktor kunci, dilakukan analisis SNA (social network analysis). Sementara untuk melihat mekanisme dan sektor, dilakukan analisis isi terhadap hasil wawancara dan observasi yang dilengkapi statistik deskriptif dengan menyusun tabel crosstab. Adapun untuk mengetahui efektivitas aspirasi dilakukan dua pendekatan. Pendekatan pertama merupakan pendekatan dokumen dengan melakukan komparasi dokumen hasil penyaluran aspirasi melalui Musrenbangdes dan dokumen APBDes. Pendekatan kedua dengan melihat dari sisi penyalur aspirasi yaitu masyarakat. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa karakteristik penyaluran aspirasi di Desa Guranteng terutama terkonsentrasi pada struktur kewilayahan formal dengan mekanisme formal melalui musyawarah dusun dan musyawarah desa, meski tidak menutup adanya mekanisme informal yang terbentuk melalui kegiatan sosial seperti kerja bakti, perayaan hari besar, atau pelaksanaan posyandu, sementara konten aspirasi yang disalurkan masih banyak terkonsentrasi pada sektor pembangunan sarana dan prasarana serta kesejahteraan, adapun penyaluran aspirasi di Desa Guranteng sudah berkontribusi pada perencanaan namun belum dirasakan efektif oleh masyarakat.