digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Nadila Novandaru
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Nadila Novandaru
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Nadila Novandaru
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Nadila Novandaru
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Nadila Novandaru
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Nadila Novandaru
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 6 Nadila Novandaru
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Nadila Novandaru
PUBLIC Irwan Sofiyan

Biozonasi foraminifera besar di Indonesia yang umum digunakan yaitu Klasifikasi Huruf Tersier oleh Adams. Klasifikasi huruf ini membagi Tersier dalam enam zona, yaitu Ta, Tb, Tc, Td, Te, dan Tf. Namun masing-masing zona ini memiliki rentang yang cukup panjang. Biozonasi yang lebih detil dapat diperoleh dengan mengamati evolusi foraminifera besar yang hadir. Pada kala Oligosen, biozonasi yang lebih detil dapat diamati dengan mempelajari evolusi famili Miogypsinidae. Selain itu, untuk mempermudah korelasi biostratigrafi batuan karbonat Oligosen di Indonesia, diperlukan adanya integrasi antara biozonasi foraminifera besar dan foraminifera plankton. Di daerah Jawa, belum ada studi yang sudah dipublikasikan mengenai evolusi pada famili Miogypsinidae ini. Sedimen karbonat berumur Neogen yang ada di daerah Jawa Barat, salah satunya Formasi Rajamandala, memiliki perkembangan mikrofosil yang baik dan merupakan objek yang sangat menguntungkan untuk menerapkan studi filogenetik. Penelitian dilakukan dengan mengaplikasikan metode kuantitatif yang umumnya sangat jarang dilakukan di Indonesia, sehingga akan menjadi salah satu acuan untuk mempelajari foraminifera besar dan dapat diterapkan di sedimen karbonat lainnya di Indonesia. Penelitian dilakukan pada penampang stratigrafi di daerah Tagogapu, Cikamuning, Padalarang pada koordinat 6°48'52.8“LS 107°28'09.3“BT. Sampel batuan diambil secara sistematis pada dua lintasan. Urutan kronostratigrafi yang baik diperoleh dari analisis biostratigrafi berdasarkan foraminifera plankton dan foraminifera besar. Analisis biostratigrafi dari 43 sampel menunjukkan bahwa lintasan daerah penelitian berada pada Zona Te 2-3 dan Te 4 berdasarkan foraminifera besar. Sedangkan berdasarkan 38 sampel yang dilakukan analisis foraminifera kecil, daerah penelitian berada pada Zona P22 atau lebih tua. Rentang umur ini setara dengan Oligosen Akhir. Studi evolusi dilakukan dengan pengamatan struktur dalam secara detil dan pengukuran biometri pada Neorotalia mecatepecensis, Paleomiogypsina boninensis, Miogypsinella bornea, Miogypsinoides complanata, dan Miogypasinoides formosensis. Berdasarkan jumlah kamar nepioniknya, Neorotalia mecatepecensis pada daerah penelitian dapat dibagi menjadi dua, yaitu Neorotalia mecatepecensis A dan Neorotalia mecatepecensis B. Neorotalia mecatepecensis B berevolusi menjadi Paleomiogypsina boninensis dengan munculnya kamar tambahan. Perubahan spesies ini terjadi pada Klasifikasi Huruf Te 2-3. Paleomiogypsina boninensis berevolusi menjadi Miogypsinella bornea dengan munculnya tambahan foramen antar kamar, perubahan spesies ini terjadi pada Klasifikasi Huruf Zona Te 2-3. Miogypsinella bornea berevolusi menjadi Miogypsinoides complanata dengan terjadinya perubahan jenis putaran menjadi planispiral dan hilangnya apertural lip. Miogypsinoides complanata berevolusi menjadi Miogypsinoides formosensis dengan berkurangnya jumlah kamar nepionik. Peristiwa spesiasi ini terjadi pada pertengahan Klasifikasi Huruf Zona Te4 atau pada Zona P22. Titik peristiwa spesiasi dapat digunakan sebagai dasar pembagian Klasifikasi Huruf Zona Te2-3 menjadi lebih detil. Hal ini diharapkan dapat mempermudah korelasi biostratigrafi dan sebagai acuan untuk referensi umur batuan karbonat Oligosen di Indonesia.