digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2019_DS_PP_TUTIK_INAYATI_1-ABSTRAK.pdf
Terbatas  Taupik Abidin
» Gedung UPT Perpustakaan
» SBM

COVER Tutik Inayati
PUBLIC Taupik Abidin









Di saat teknologi tidak bisa ditinggalkan dalam masyarakat saat ini, kesenjangan dalam kemajuan teknologi antara negara-negara maju dan kurang berkembang semakin besar. Ditambah dengan adanya globalisasi, teknologi telah menjadi alat untuk menghubungkan orang di seluruh dunia. Ketika teknologi menjadi prioritas, negara-negara maju mengundang bakat-bakat yang sangat terampil dari berbagai belahan dunia, termasuk dari negara-negara yang kurang berkembang. Hal ini menghasilkan kekurangan ilmuwan dan insinyur di negara asal, atau apa yang biasa kita sebut 'brain drain'. Pergerakan ilmuwan dan insinyur antar negara merupakan masalah penting bagi Indonesia, karena migrasi sumber daya manusia berketerampilan tinggi bukan prioritas untuk ditetapkan, namun orang Indonesia lebih tertarik untuk bekerja di luar negeri karena kualitas hidup yang lebih tinggi, penghargaan yang lebih terhadap keterampilan, dan fasilitas penelitian yang lebih maju. Kurangnya lulusan universitas sains dan teknik juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki stok ilmuwan dan insinyur yang rendah. Kondisi lain adalah anggaran tahunan Indonesia untuk penelitian dan pengembangan sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Oleh karena itu, di saat kondisinya tidak terlalu mendukung bagi para ilmuwan dan insinyur untuk menjadi produktif, negara-negara maju dapat menarik mereka untuk menjadi produktif di luar negeri. Hal ini mengakibatkan perkembangan ekonomi yang rendah diperoleh dari pengembangan teknologi dalam negeri. Sebagai salah satu pionie penelitian mengenai pergerakan ilmuwan dan insinyur di Indonesia ke negara lain, hal ini dimaksudkan bagi pemerintah Indonesia untuk melihat keadaan ini secara lebih mendesak. Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini memiliki tiga tujuan. Pertama, adalah memodelkan mekanisme gerakan ilmuwan dan insinyur Indonesia yang dapat mengumpulkan perspektif pemangku kepentingan dan memahami bagaimana gerakan ini mempengaruhi perkembangan teknologi dan ekonomi. Tujuan kedua adalah untuk memodelkan perilaku para ilmuwan dan insinyur mengenai keputusan mereka untuk belajar dan bekerja dan faktor-faktor apa yang dapat memengaruhi mereka. Tujuan terakhir adalah untuk melakukan skenario iv kebijakan dan bagaimana rekomendasi kebijakan dapat mempengaruhi perkembangan teknologi dan ekonomi. Penelitian ini menggunakan aplikasi model hibrida dari Dinamika Sistem dan Simulasi berbasis Agen. Sementara Dinamika Sistem dapat diterapkan dalam perspektif makro dari kondisi negara, Pemodelan dan Simulasi berbasis Agen dapat diterapkan dalam pilihan dan perilaku individu. Namun, karena data yang dapat diakses publik dan dibutuhkan dalam penelitian ini cenderung sangat sedikit, model dan simulasi menerapkan beberapa asumsi dari tinjauan literatur dan wawancara untuk membuat pilihan dan perilaku individu yang realistis. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara: kuesioner, wawancara, dan data sekunder tersedia untuk kami. Hasil kuesioner, meskipun tidak memiliki banyak sampel, dianalisis melalui statistik deskriptif dan model regresi biner pada niat siswa di luar negeri untuk kembali. Dalam model dan simulasi Dinamika Sistem, parameter dilihat dari perspektif makroskopis. Ada dua jenis tujuan simulasi: pertama, untuk mencari parameter mana yang dapat memberikan solusi paling optimal yang dapat digunakan sebagai rekomendasi kebijakan, dan yang kedua adalah melakukan uji sensitivitas variabel yang tidak pasti menggunakan tiga pengujian standar (kasus terbaik ke terburuk). Lima skenario kebijakan adalah pendanaan pemerintah untuk universitas, peningkatan beasiswa, insentif untuk menarik siswa dari luar negeri untuk pulang ke Indonesia, pengeluaran pemerintah unutk penelitian dan pengembangan, dan insentif untuk paten yang dihasilkan. Dari simulasi, di antara lima skenario ada satu skenario yang memiliki hasil paling optimal di antara yang lain; yaitu peningkatan beasiswa. Untuk membenarkan hasil ini, delapan parameter ditetapkan untuk mencari parameter yang memiliki pengaruh besar: tingkat pengembalian berketerampilan tinggi di luar negeri, Produk Domestik Bruto untuk pendidikan tinggi, jumlah pemasukan pekerja Indonesia berketerampilan tinggi, paten per pekerja Indonesia berketerampilan tinggi, pendaftaran pascasarjana Indonesia, pengeluaran untuk riset dan pengembangan, beasiswa, dan tingkat pendaftaran sarjana di Indonesia. Dalam model hibrida, ada empat jenis agen yang dianalisis melalui cara model berbasis agen dan empat variabel di sisi Dinamika Sistem. Untuk menguji sensitivitas dari model, terdapat empat parameter yaitu penambahan beasiswa untuk program sarjana, penambahan beasiswa untuk program pascasarjana, toleransi dari penduduk yang tinggal di Indonesia, dan toleransi dari penduduk yang berada di luar negeri, keempat parameter ini dipecah menjadi tiga level, terburuk, biasa, dan terbaik. Dari semua 3.240 uji coba berjalan berdasarkan empat parameter tersebut, kesimpulan yang dapat dicapai adalah bahwa menambahkan beasiswa baik untuk mahasiswa sarjana dan pascasarjana dapat secara signifikan mengubah jumlah siswa di dalam dan luar negeri, ilmuwan dan insinyur, jumlah paten, dan PDB. Oleh karena itu, dari dua jenis pemodelan, kebijakan pemberian beasiswa untuk program sarjana dan pascasarjana menunjukkan hasil yang signifikan untuk pengembangan dan inovasi secara kuantitatif. Rekomendasi berikutnya adalah meningkatkan fasilitas penelitian untuk membangkitkan inovasi teknologi dan memberikan dasar yang sesuai bagi v para ilmuwan dan insinyur di luar negeri untuk pulang. Rekomendasi terakhir adalah untuk terhubung dengan industri swasta dengan kegiatan penelitian dan di samping itu memasarkan inovasi teknologi ke industri. Penelitian lebih lanjut dapat mencakup data yang lebih lengkap dari Pemerintah untuk menghasilkan hasil simulasi yang optimal. Kedua, diaspora adalah salah satu upaya yang coba dihubungkan oleh Pemerintah Indonesia untuk melakukan transfer pengetahuan, diskusi penelitian selanjutnya dapat berupa apakah diaspora cukup efektif untuk mengkompensasi ilmuwan dan insinyur yang terbatas di dalam negeri.