2019_TS_PP_IKHWANNUR_ADHA_1_-_ABSTRAK.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2019_TS_PP_IKHWANNUR_ADHA_1_-_COVER.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2019_TS_PP_IKHWANNUR_ADHA_1_-_BAB_1.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2019_TS_PP_IKHWANNUR_ADHA_1_-_BAB_2.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2019_TS_PP_IKHWANNUR_ADHA_1_-_BAB_3.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2019_TS_PP_IKHWANNUR_ADHA_1_-_BAB_4.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2019_TS_PP_IKHWANNUR_ADHA_1_-_BAB_5.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2019_TS_PP_IKHWANNUR_ADHA_1_-_PUSTAKA.pdf
PUBLIC Alice Diniarti
Kali Lutut merupakan lokasi tersingkapnya seri batuan khusus yang disebut Lutut Beds,
yang tersusun oleh batupasir dan batugamping dengan mineral kuarsa yang melimpah
dan fragmen rombakan berbagai jenis batuan seperti batuan metamorf, vulkanik,
batuan dasar, dan karbon. Van bemmelen (1949) memasukkan seri batuan ini ke dalam
Cekungan Serayu Utara, sedangkan Thanden dkk. (1996), mengelompokkan ke dalam
Cekungan Kendeng. Pada daerah penelitian dijumpai pula adanya Lapangan Minyak
Cipluk yang dapat menunjang data bawah permukaan. Penelitian ini dilakukan untuk
merekonstruksi kondisi struktur geologi di Kali Lutut dan sekitarnya. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui karakteristik struktur geologi, evolusi deformasi, dan
kondisi paleogeografi, serta implikasinya terhadap keberadaan hidrokarbon di daerah
Kali Lutut dan sekitarnya.
Penelitian ini secara umum didasarkan pada evaluasi data lapangan yang dipadukan
dengan data seismik. Data lapangan diperoleh melalui penyelidikan langsung untuk
mengetahui kondisi geologi daerah penelitian dan pengambilan sampel batuan.
Berdasarkan data lapangan, analisis petrografi, dan analisis fosil yang dipadukan
dengan analisis kelurusan dan analisis struktur geologi maka dihasilkan peta geologi
daerah penelitian. Penampang geologi dibuat berdasarkan peta geologi dan interpretasi
seismik yang dilakukan dengan metode dip-domain untuk menggambarkan kondisi
bawah permukaan daerah penelitian. Tiga penampang geologi yang telah dibuat
dilakukan rekonstruksi palinspastik dengan teknik balance cross-section berdasarkan
model flexural-slip. Rekonstruksi ketiga penampang tersebut kemudian dibuat dalam
diagram pagar untuk melihat perubahan topografi pada setiap deformasinya
Stratigrafi daerah Kali Lutut dan sekitarnya terdiri dari Batuan Dasar, Formasi Pelang,
Formasi Kerek yang diterobos oleh Intrusi Andesit, Formasi Penyatan, Formasi
Kaligetas, Formasi Damar, dan Aluvium. Struktur geologi daerah penelitian dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan kejadian pembentukannya yaitu
kelompok sesar turun, kelompok sesar naik dan lipatan, serta kelompok sesar mendatar.
Sesar naik memiliki karakteristik berupa fault-propagation fold yang membentuk
imbrication thrust fault berorientasi barat-timur dengan kedalaman bidang detachment
yang berada di batas antara Formasi Kerek dengan Batuan Dasar dan Formasi Pelang
(kedalaman berkisar empat hingga lima kilometer).
Berdasarkan hasil rekonstruksi palinspastik, daerah penelitian mengalami deformasi
pertama terjadi pada Batuan Dasar dan bersifat ekstensi saat Eosen-Oligosen.
Deformasi pertama menghasilkan ekstensi sebesar 4,2 - 9,4%. Deformasi kedua terjadi
saat Miosen Akhir-Pliosen pada Formasi Kerek dan bersifat kontraksi. Deformasi
kedua menghasilkan pemendekan sebesar 29,6 - 44,5%. Deformasi ketiga terjadi saat
Pliosen-Plistosen yang menghasilkan sesar mendatar di formasi batuan muda.
Rekonstruksi menunjukkan geometri daerah penelitian pada saat Formasi Kerek
diendapkan berupa cekungan yang mendalam ke arah selatan.
Hidrokarbon dijumpai pada daerah penelitian yang terletak di sebelah barat daerah
penelitian. Lokasi tersebut termasuk dalam Lapangan Cipluk yang ditinggalkan.
Berdasarkan rekonstruksi, sesar naik berfungsi sebagai jalur migrasi hidrokarbon dan
menjadi perangkap struktur dengan bentukan antiklin di beberapa tempat. Berdasarkan
hasil rekonstruksi dan pendekatan gradien panas bumi yang konstan menunjukkan
Formasi Kerek dan Formasi Pelang mencapai kematangan sejak Miosen Akhir. Namun
penelitian sebelumnya mengenai studi batuan induk dari sampel minyak bumi yang
berada di daerah penelitian menunjukkan bahwa Formasi Kerek dan Formasi Pelang
yang diendapkan pada lingkungan laut dalam bukan yang berpotensi sebagai batuan
induk. Batuan induk diinterpretasikan berasal dari luar daerah penelitian.