digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2017_DR_PP_AEP_SUPRIYADI_1-COVER.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB

Degradasi tanah merupakan masalah global yang sangat berat di daerah tropis dan sub-tropis di abad ke-21. Dampak tanah terdegragasi menghilangkan kemampuan biologis tanah dalam meningkatkan resistensi dan resiliensi tanah, berdampak pada turunnya produksi pertanian, dan jasa ekosistem. Penelitian ini bertujuan memperbaiki kualitas tanah terdegradasi melalui pembentukan mikroagregat oleh cacing tanah, menemukan mekanisme perbaikan tanah terdegradasi, dan kualitas mikroagregat yang terbentuk. Penelitian dilakukan dua tahap, yaitu identifikasi kualitas tanah, dan perbaikan kualitas tanah dengan penambahan cacing tanah dan bahan organik yang berasal dari daerah penelitian. Identifikasi kualitas tanah dilakukan dengan metode survey pada 5 penggunaan tanah di Gunung Geulis Kabupaten Sumedang, yaitu : 1) Agroforestry (= AF); 2) lahan kebun pisang (= AS1) 3) lahan palawija (= AS2); 4) lahan campuran pisang dan palawija (= AS3); dan 5) hutan lindung (= FS). Hasil identifikasi lokasi penelitian menunjukkan mineral klei tanah kaolinit, ordo Inceptisol, dari famili Humic Lithic Eutrudepts. Hasil kualitas tanah termasuk kategori sangat rendah dengan indek AS1 (0,3881), AS2 (0,3614), AS3 (0,3981), dan AF (0,3985), dan di lahan FS berkualitas rendah (0,4814) pada skala maksimum 0,9565. Tanah di daerah penelitian memiliki proporsi mikroagregat tinggi tetapi daya tahan terhadap dispersi air (Water Stability Aggregate) sedang (69,31%) dengan jumlah agregat stabil sangat rendah (28,13%) dan indeks stabilitas agregat rendah (44,05). Fauna tanah yang ditemukan di Kawasan Gunung Geulis berasal dari 12 ordo yaitu Haplotaxida, Hymenoptera, Entomobryomorpha, Araneae, Coleoptera, Orthoptera, Isoptera, Mantodea, Diptera, Hemiptera, Blattodea, dan ordo Acarina. Fauna yang bersifat soil engineers ada 4 ordo yaitu Ordo Haplotaxida, Hymenoptera, Entomobryomorpha, dan ordo Acarina. Diantara empat ordo yang besifat soil engineers adalah cacing tanah ordo yang dominan adalah Haplotaxida (Amynthas aeruginosus, Amynthas illotus species-group) dan Semut ordo Hymenoptera (Solenopsis, Formicidae (Anoplolepis gracilipes, Diacamma sp., Lasiolepis sp., Nylanderia sp., Pheidole sp., Pheidole sp., Cardioconyla sp., Tetramorium sp.,Myrmicaria sp., Pheidologeton, Camponotus sp., Polyrhachis sp.). Perbaikan kualitas tanah dilakukan dengan penambahan cacing tanah dan kompos pada tanah dari lahan pertanian palawija yang telah ditetapkan memiliki indeks kualitas tanah sangat rendah (AS2). Metode penelitian adalah percobaan destruktif per ii bulan selama tiga bulan, dengan Rancangan Acak Kelompok pola Faktorial. Taraf faktor agregat (A) terdiri 4 taraf, yaitu agregat makro (841 – 2000) ?m, meso (250 – 841) ?m, mikro (44 – 250) ?m, dan agregat campuran dari ketiganya dengan perbandingan 27% makro, 54% meso dan 19% mikro. Cacing tanah yang digunakan adalah dari Famili Megascolecidae (B) dan bahan kompos (C) dari limbah pertanian dan serasah hutan masing-masing terdiri dua taraf yaitu dengan dan tanpa pemberian, sehingga terdapat 16 komposisi perlakuan masing-masing diulang 2 kali. Kompos ditambahkan 1,983 kg per 5 kg tanah untuk mencapai 20% karbon organik tanah. Cacing tanah ditambahkan 17 individu seberat 20 g. Jenis cacing tanah yang digunakan dari kelompok Amynthas illotus - Megascole-cidae). Jumlah pot yang disiapkan 96 buah selama tiga bulan percobaan, yang setiap bulan diuji 32 pot. Mekanisme perbaikan kualitas tanah pada bulan satu sangat dipengaruhi oleh kenaikan kalium (6-7 kali) dan pori drainase cepat. Pori drainase cepat memfasiltasi akses distribusi air, udara untuk meningkatkan dekomposisi dan humufikasi bahan organik dan pH tanah. Mekanisme perbaikan stabilitas agregat bulan dua dan tiga sangat dipengaruhi peningkatan karbon organik terlarut (4 kali), sedangkan pada kualitas tanah sangat dipengaruhi oleh kalsium dapat tukar. Perbaikan terhadap sifat fisika terjadi pada bobot isi, distribusi pori, agregat stabil, peningkatan mikro dan makroagregat, luas permukaan dan volume pori mikro. Tanah lebih poros dengan peningkatan pori makro (> 8,6 ?m) walau pori drainase lambatnya menurun, sedangkan pada pori kapasitas lapang terjadi peningkatan pada pori air tersedia (0,2 – 8,6 ?m) dan menurunkan pori air tidak tersedia (<0,2 ?m). Perbaikan sifat fisika-kimia tanah terjadi peningkatan pada zat humat, C organik stabil dalam mikroagregat yang lebih dipengaruhi cacing tanah sedangkan eksopolisakarida oleh kompos. Perbaikan kualitas tanah ditunjukan oleh perubahan sifat kimia yaitu kapasitas tukar kation yang naik dari rendah atau sedang menjadi tinggi (25 – 40 cmol(+).kg-1), kejenuhan basa dari sedang menjadi sangat tinggi diatas 70% dan C stabil dalam mikroagregat. Jumlah karbon stabil tertinggi yang dapat ditambat dalam agregat mikro oleh interaksi cacing tanah dan kompos sebesar 25,00 ton.ha-1 , sedang interaksi cacing tanah dan agregat terjadi pada agregat meso 25,96 ton.ha-1, dan interaksi antara kompos dengan agregat tertinggi terjadi pada agregat campuran 24,90 ton.ha-1. Stabilisasi agregat terjadi setelah satu bulan, ditunjukkan oleh perubahan permukaan agregat, lebih kasar, lebih banyak pori, dan perubahan proporsi mikroagregat. Volume pori mikro tertinggi pada meso agregat 0,58 cc.g-1 pada bulan satu, pada bulan dua dan bulan tiga terjadi pada makroagregat masing-masing sebesar 1,33 cc.g-1 dan 2,20 cc.g-1. Luas permukaan spesifik tertinggi dihasilkan oleh kompos tanpa cacing tanah pada agregat campuran bulan satu, dua dan tiga masing-masing 312,77 m2g-1, 591,23 m2g-1, dan 445,80 m2g-1. Proses pembentukan mikroagregat dan makroagregat di bulan satu dan dua menunjukkan berjalan bersamaan dengan koefisien regresi masing-masing sebesar 0,718%, dan 0,827%.