digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT. Pupuk Kalimantan Timur (PKT) adalah salah satu anak usaha PT. Pupuk Indonesia. Sebagai salah satu anak usaha holding pupuk, PKT mengandalkan pendapatan bisnisnya dari penjualan pupuk urea dan amoniak. PKT mempunyai kapasitas produksi pupuk urea sebesar 2,98 juta ton, amoniak 1,85 juta ton dan NPK 350 ribu ton. Pendapatan utama PKT didukung oleh kegiatan produksi dan penjualan pupuk. Sejauh ini, pendapatan PKT sebagain besar dari pendapatan subsidi, jadi jika rencana Pemerintah Indonesia mengalihkan subsidi pupuk langsung ke petani, maka pendapatan PKT tentu akan terkoreksi. Di era teknologi digital ini, perkembangan precission agriculture sudah sangat pesat sehingga petani dapat diarahkan untuk menanam tanaman yang tepat, berapa banyak benih yang ditabur, waktu yang tepat untuk pemupukan dan berapa banyak pupuk yang digunakan. Akibatnya penggunaan pupuk lebih tepat sasaran dan efektif, dan dapat menghemat pupuk sebanyak 15%. Selain munculnya precision agriculture, baru-baru ini juga berkembang dengan pesat penggunaan biofertilizer. Biofertilizer memanfaatkan mikroorganisme tertentu untuk mengambil pupuk langsung dari udara. Ini membuat penggunaan pupuk lebih efektif, efisien dan penggunaan pupuk lebih rendah dari sebelumnya. Untuk menjaga kelangsungan bisnis perusahaan dari ancaman ini, PKT telah mulai mengembangkan strategi jangka panjang yang salah satunya adalah pembangunan pabrik methanol dan DME (dimethyl ether). Strategi membangun pabrik methanol dan DME sejalan dengan rencana Pemerintah Indonesia untuk mengurangi impor LPG karena produksi gas alam di indonesia mengandung sedikit C3 dan C4 sebagai bahan baku pembuat LPG. Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN 2017), Pemerintah Indonesia menetapkan penggunaan DME sebesar 1 Juta ton pada tahun 2025. Methanol adalah bahan baku pembuatan DME yang dapat dibuat dari C1 (gas alam). Rendahnya produksi LPG menyebabkan Pemerintah Indonesia mengimpor LPG sebesar 70% dari kebutuhan domestik. Tingginya Import menyebabkan neraca perdagangan minyak dan gas tahun 2018 mengalami defisit sebesar US$ -12.403,80 juta. Untuk mencegah peningkatan impor LPG, Pemerintah Indonesia harus mempercepat penggunaan DME sebagai campuran LPG. Hingga saat ini, hanya ada satu pabrik DME di Indonesia dan berlokasi di Tangerang dengan kapasitas 12.000 ton/ tahun. Dengan rencana Pemerintah Indonesia untuk menggunakan DME sebesar 1 juta ton dan mengurangi impor minyak dan gas, pabrik DME lain harus dibangun di Indonesia. PKT harus memanfaatkan peluang ini . PKT memiliki keuntungan karena berpengalaman dalam mengoperasikan pabrik amoniak berkapasitas besar dan ini tidak mudah ditiru oleh pesaing.. Dikombinasikan dengan sumber daya manusia yang berkualitas, PKT telah mnguasai industry petrokimia berbasis gas alam. Keuntungan lain dari PKT adalah lokasinya yang strategis untuk mengembangkan industry petrokimia karena Bontang telah ditunjuk sebagai klaster industry berbasis gas alam (C1). Dengan dukungan infrastruktur dalam bentuk jaringan pipa gas alam, pelabuhan, dan fasilitas umum yang memadai, PKT memiliki kelebihan yang tidak dapat ditiru di tempat lain. Bontang, sebuah kota di Kalimantan Timur berada di pusat kepulauan Indonesia dan dekat dengan bagian Barat dan Timur Negara ini. Studi ini bertujuan melakukan analisis kelayakan ekonomi untuk pabrik DME dengan kapasitas 150.000 ton/tahun. Pengukuran yang digunakan adalah Payback Period, Discounted Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return dan Profitability Index. Selain itu, analisis sensitivitas serta analisis resiko akan dilakukan. Proyek DME layak secara finansial dengan menghitung parameter-parameter kelayakan finansial seperti NPV >0, IRR > cost of capital , Profitability Index>1. Hasil studi kelayakan adalah NPV US $ 6.963.194, IRR 13,28% lebih besar dari WACC 10,27% dan lebih besar dari yang dipersyaratkan oleh PT Pupuk Indonesia sebesar 11,50% dan Profitability Index 1,30. Proyek ini memiiki Payback Period 6,52 tahun dan Discounted Payback Period 11,22 tahun. Setelah hasil analisis finansial diperoleh, maka analisis sentivitas dilakukan untuk menentukan karakteristik kelayakan proyek terhadap perubahan harga bahan baku, nilai investasi dan harga jual produk. Analisis manajemen resiko juga dilakukan untuk menilai resiko proyek.