Wilayah pedesaan memiliki pasar yang sangat potensial untuk dikembangkan oleh
industri perusahaan logistik, karena memiliki permintaan yang cukup besar terhadap
kebutuhan barang di pedesaan dimana internet pun sudah mulai populer di
masyarakat pedesaan. Hal ini menjadi prospek yang sangat bagus bagi perusahaan
logistik untuk mengekspansi bisnis di area pedesaan di tahun-tahun mendatang.
Bisnis logistik merupakan bisnis yang sangat kompetitif yang dibangun berdasarkan
pasar dan profit. Fenomena tersebut menjadi peluang bagi PT. Pos Indonesia untuk
membangun bisnis layanan logistik dengan dibentuknya Divisi Integrasi Logistik
untuk mengelola semua aktivitas bisnis logistik. Namun pada kenyataannya
berdasarkan data laporan kinerja bisnis PT Pos Indonesia selama periode 5 tahun,
kinerja bisnis logistik masih sangat rendah yakni hanya berkontribusi sebesar 4 %
dari nilai total pendapatan bisnis PT. Pos Indonesia yang ada.
Salah satu penyebab belum optimalnya kinerja bisnis logistik PT. Pos Indonesia
adalah belum jelasnya konsep bisnis yang akan dilakukan oleh Divisi Integrasi
Logistik. Pada kondisi bisnis eksisting saat ini masih memiliki kesamaan konsep
bisnis yang bersinggungan dengan aktivitas bisnis dua divisi lain di PT. Pos Indonesia
yaitu divisi surat & paket dan anak perusahaan PT. Pos Logistik Indonesia dimana
masih menangani kiriman retail dan project pemerintah. Upaya yang dilakukan oleh
penelitian-penelitian sebelumnya terkait pengembangan bisnis rural logistics masih
bersifat parsial tanpa ada kaitan dengan e-commerce. Pada penelitian ini usulan
pengembangan bisnis rural logistics e-commerce dilakukan secara menyeluruh
berdasarkan acuan utama Dong Haoping (2010) yaitu dalam mengembangkan bisnis
rural logistics e-commerce dengan menggunakan jaringan pos yang dimiliki sampai
daerah pedesaan.
Tahapan pengembangan bisnis rural logistics e-commerce dilakukan dengan
menggunakan pendekatan model bisnis oleh Osterwalder (2010) dan perangkat
analisis menggunakan Service Positioning Analysis (SPA) matriks untuk mengetahui
posisi strategi layanan perusahaan sebelum masuk ke model bisnis. Untuk
membentuk keunggulan kompetitif model bisnis baru dilakukan pendekatan
Kandampully (2002). Setelah diperoleh usulan model bisnis rural logistics
ecommerce, maka dilakukan analisis pemilihan alternatif sebagai penyedia jasa
logistik atau pelaku logistik menggunakan pendekatan analisis aliran barang,
informasi dan uang dari masing-masing usulan alternatif.
Hasil dari usulan konsep bisnis baru PT. Pos Indonesia adalah dengan
mengembangkan model bisnis rural logistic yag diikuti dengan bisnis platform ecommerce
dimana PT. Pos Indonesia berperan sebagai penyedia jasa logistik
pedesaan. Pengembangan bisnis rural logistic tersebut didasarkan pada kekuatan
jaringan infrastruktur logistik yang dimiliki oleh PT. Pos Indonesia yang terhubung
sampai ke pelosok kecamatan/pedesaan di seluruh Indonesia yang tidak/belum
dimiliki oleh perusahaan lain saat ini. Pengembangan bisnis platform e-commerce
yang dikembangkan sendiri oleh PT. Pos Indonesia akan memberi keunggulan
kompetitif, dimana PT. Pos Indonesia dapat menghubungkan kebutuhan masyarakat
di pedesaan maupun perkotaan dengan sistem berbasis e-commerce. Dengan adanya
jasa layanan rural logsitics e-commerce tersebut diharapkan memudahkan jangkauan
masyarakat pedesaan maupun perkotaan untuk mendapatkan kebutuhan pokok
mereka masing-masing dengan kestabilan harga dan ketersediaan barang yang dapat
terkendali, disamping meningkatkan kinerja perusahaan.