digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

94515304_-_Andri_Gunawan.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

Wilayah pedesaan memiliki pasar yang sangat potensial untuk dikembangkan oleh industri perusahaan logistik, karena memiliki permintaan yang cukup besar terhadap kebutuhan barang di pedesaan dimana internet pun sudah mulai populer di masyarakat pedesaan. Hal ini menjadi prospek yang sangat bagus bagi perusahaan logistik untuk mengekspansi bisnis di area pedesaan di tahun-tahun mendatang. Bisnis logistik merupakan bisnis yang sangat kompetitif yang dibangun berdasarkan pasar dan profit. Fenomena tersebut menjadi peluang bagi PT. Pos Indonesia untuk membangun bisnis layanan logistik dengan dibentuknya Divisi Integrasi Logistik untuk mengelola semua aktivitas bisnis logistik. Namun pada kenyataannya berdasarkan data laporan kinerja bisnis PT Pos Indonesia selama periode 5 tahun, kinerja bisnis logistik masih sangat rendah yakni hanya berkontribusi sebesar 4 % dari nilai total pendapatan bisnis PT. Pos Indonesia yang ada. Salah satu penyebab belum optimalnya kinerja bisnis logistik PT. Pos Indonesia adalah belum jelasnya konsep bisnis yang akan dilakukan oleh Divisi Integrasi Logistik. Pada kondisi bisnis eksisting saat ini masih memiliki kesamaan konsep bisnis yang bersinggungan dengan aktivitas bisnis dua divisi lain di PT. Pos Indonesia yaitu divisi surat & paket dan anak perusahaan PT. Pos Logistik Indonesia dimana masih menangani kiriman retail dan project pemerintah. Upaya yang dilakukan oleh penelitian-penelitian sebelumnya terkait pengembangan bisnis rural logistics masih bersifat parsial tanpa ada kaitan dengan e-commerce. Pada penelitian ini usulan pengembangan bisnis rural logistics e-commerce dilakukan secara menyeluruh berdasarkan acuan utama Dong Haoping (2010) yaitu dalam mengembangkan bisnis rural logistics e-commerce dengan menggunakan jaringan pos yang dimiliki sampai daerah pedesaan. Tahapan pengembangan bisnis rural logistics e-commerce dilakukan dengan menggunakan pendekatan model bisnis oleh Osterwalder (2010) dan perangkat analisis menggunakan Service Positioning Analysis (SPA) matriks untuk mengetahui posisi strategi layanan perusahaan sebelum masuk ke model bisnis. Untuk membentuk keunggulan kompetitif model bisnis baru dilakukan pendekatan Kandampully (2002). Setelah diperoleh usulan model bisnis rural logistics ecommerce, maka dilakukan analisis pemilihan alternatif sebagai penyedia jasa logistik atau pelaku logistik menggunakan pendekatan analisis aliran barang, informasi dan uang dari masing-masing usulan alternatif. Hasil dari usulan konsep bisnis baru PT. Pos Indonesia adalah dengan mengembangkan model bisnis rural logistic yag diikuti dengan bisnis platform ecommerce dimana PT. Pos Indonesia berperan sebagai penyedia jasa logistik pedesaan. Pengembangan bisnis rural logistic tersebut didasarkan pada kekuatan jaringan infrastruktur logistik yang dimiliki oleh PT. Pos Indonesia yang terhubung sampai ke pelosok kecamatan/pedesaan di seluruh Indonesia yang tidak/belum dimiliki oleh perusahaan lain saat ini. Pengembangan bisnis platform e-commerce yang dikembangkan sendiri oleh PT. Pos Indonesia akan memberi keunggulan kompetitif, dimana PT. Pos Indonesia dapat menghubungkan kebutuhan masyarakat di pedesaan maupun perkotaan dengan sistem berbasis e-commerce. Dengan adanya jasa layanan rural logsitics e-commerce tersebut diharapkan memudahkan jangkauan masyarakat pedesaan maupun perkotaan untuk mendapatkan kebutuhan pokok mereka masing-masing dengan kestabilan harga dan ketersediaan barang yang dapat terkendali, disamping meningkatkan kinerja perusahaan.