digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2018_DR_PP_DONNY_K__HARDJANI_1-COVER.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB

Penurunan produksi sektor perikanan tangkap mendorong perkembangan sektor perikanan budidaya (akuakultur). Salah satu komoditas penting yang dibudidayakan adalah udang putih Litopenaeus vannamei. Secara umum sistem budidaya di indonesia masih bersifat konvensional, kontrol budidaya yang rendah menyebabkan munculnya beberapa masalah salah satunya sindrom vibriosis. Penggunaan rumput laut di bidang akuakultur bertujuan sebagai antioksidan, antipatogen, dan imunostimulan. Kandungan karagenan pada rumput laut berpotensi sebagai imunostimulan yang mampu meningkatkan resistensi udang putih terhadap sindrom vibriosis. Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu jenis rumput laut dengan kandungan karagenan sekitar 67,3%, namun kandungan protein dan lemaknya lebih rendah dibandingkan pakan konvensional. Rendahnya kandungan nutrisi K. alvarezii menyebabkan penggunaannya sebagai bahan subtitusi pada pakan memerlukan pengolahan sehingga didapatkan kandungan nutrisi yang lebih tinggi. Fermentasi dengan menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae dan penambahan Spirulina sp. merupakan 2 teknik pengolahan yang dilakukan pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi rumput laut terbaik yang mampu meningkatkan resistensi udang terhadap sindrom vibriosis tanpa menurunkan pertumbuhan dan kualitas air, juga mengetahui pengaruh subtitusi terhadap aktivitas dan struktur mikroba yang bekerja pada sistem budidayanya. Proses fermentasi menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae dilakukan dengan variasi inokulum 5% (v/v), 10% (v/v) dan 15% (v/v), setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Analisis nutrisi dilakukan dengan menggunakan metode proksimat, HPLC (asam amino), GC – MS (asam lemak). Berdasarkan laju pertumbuhan dan kandungan nutrisinya perlakuan penggunaan inokulum 10% (v/v) merupakan perlakuan terbaik dengan laju pertumbuhan sebesar 0,38 ± 0.05 h-1 dan peningkatan nutrisi yang mendukung resistensi L. vannamei terhadap sindrom vibriosis meliputi peningkatan karagenan terfermentasi 5,78%, asam amino ±20% dan asam lemak ±48%. Pengujian dilakukan pada tahap pendederan dengan menggunakan L. vannamei post – larvae 10. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali dengan berbagai komposisi rumput laut K. alvarezii tanpa fermentasi, yang ditambahkan Spirulina sp. maupun yang difermentasi. Pengujian dibagi menjadi dua tahapan ii yaitu uji performa (14 hari) dan uji tantang dengan bakteri V. harveyi (7 hari). pengujian dilakukan menggunakan sistem batch pada kondisi terkontrol. Hasil uji akhir menunjukan subtitusi rumput laut terfermentasi sebanyak 1,5% memberikan nilai kesintasan tertinggi diantara perlakuan lainnya sebesar 95,28% pada uji performa dan 97,33% pada uji tantang. Jumlah bakteri V. harveyi meningkat sejalan dengan lamanya masa pemeliharaan, baik pada sampel air maupun udang. pada akhir pemeliharaan jumlah bakteri V. harveyi berada pada dosis mematikan (106 CFU). Peningkatan resistensi terhadap vibriosis yang terlihat dari kesintasan udang pada perlakuan subtitusi 1,5% rumput laut terfermentasi diduga dipengaruhi oleh karagenan, karagenan terfermentasi, asam amino dan asam lemak pada pakan melalui aktivasi dan peningkatan kemampuan sistem imun udang. Subtitusi berbagai komposisi rumput laut K. alvarezii tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan (berat rata – rata, biomasa, FCR dan FER), kualitas fisik air (salinitas, suhu, pH dan DO) dan kualitas kimia air (ammonia, nitrit dan nitrat) jika dibandingkan dengan kontrol. Pengujian aktivitas dilakukan menggunakan ecoplate pada seluruh perlakuan, sedangkan analisis struktur komunitas dilakukan hanya pada perlakuan terbaik menggunakan metode isolasi, purifikasi dan identifikasi (16sRNA). Penggunaan subtitusi berbagai macam komposisi K. alvarezii menurunkan aktivitas penggunaan substrat karbon oleh komunitas mikroba air dan saluran pencernaan udang dibandingkan dengan kontrol. Perubahan aktivitas komunitas mikroba disebabkan oleh kandungan pakan yang lebih kompleks, kandungan antimikroba pada pakan serta perubahan jumlah substrat yang terdapat pada air dan saluran pencernaan udang. Struktur komunitas pada perlakuan terbaik terdiri dari genus Alcaligenes, Bacillus, Microbacterium dan Myroides pada sampel air dan udang sedangkan Brachybacterium dan Pseudomonas hanya pada sampel udang. Bakteri genus Microbacterium, Myroides dan Brachybacterium hanya ditemukan pada perlakuan yang disubtitusi dengan rumput laut. Bakteri genus Microbacterium dan genus Myroides memiliki kemampuan menggunakan substrat kelompok polimer, karbohidrat, asam karboksilat, karbon fosfat, asam amino dan amina, sedangkan genus Brachybacterium secara spesifik mampu menggunakan substrat xylan. Bakteri dominan dari awal hingga akhir pemeliharaan pada sampel air adalah bakteri dari genus Bacillus, sedangkan pada saluran pencernaan adalah bakteri genus Pseudomonas dominan pada awal pemeliharaan dan bakteri genus Bacillus pada akhir pemeliharaan. Bakteri – bakteri dominan memiliki enzim katabolisme untuk mendegradasi substrat kelompok polimer, karbohidrat, asam karboksilat, karbon – fosfat, asam amino dan amina. Genus Bacillus, Alcaligenes dan Pseudomonas memiliki kemampuan untuk menghasilkan antimikroba berdasarkan kemampuannya menggunakan substrat asam itakonik. Peningkatan kesintasan pada pendederan udang putih kemungkinan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor komposisi nutrisi pada rumput laut terfermentasi, namun dipengaruhi juga oleh aktivitas dan struktur komunitas mikroba perairan dan saluran pencernaan udang