digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2010_TS_PP_HARUN_M__SAMARATI_1-COVER.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB

Akuakultur merupakan salah satu industri di sektor pangan yang perkembangannya sangat cepat dalam dua dekade terakhir sehingga keberlanjutannya sangat ditentukan oleh beberapa faktor seperti faktor nutrisi, penyakit, genetik, dan zooteknik. Salah satu tantangan akuakultur dimasa yang akan datang adalah tersedianya teknik budidaya (zooteknik) yang mampu memenuhi beberapa kriteria seperti hemat pengunaan sumber daya air, efisiensi ruang, sederhana dan dapat diaplikasikan, higienik dan ramah lingkungan. Berdasarkan kondisi tersebut penelitian tentang pengaruh pengunaan sistem resirkulasi akuakultur terhadap peningkatan kualitas air, pertumbuhan dan kelulushidupan ikan, dan tingkat higienik kultur untuk pendederan ikan mas (Cyprinus carpio L.) telah dilakukan. Pada penelitian ini sistem resirkulasi yang digunakan terdiri dari empat bagian utama: (1) Tangki kultur 500 L, (2) Settling Tank untuk pengendapan partikel kasar, (3) Protein skimmer untuk menangkap partikel halus, (4) Karbon aktif untuk mengikat senyawa toksik, (5) Biofilter untuk proses nitrifikasi secara kontinu. Pada penelitian ini digunakan ikan mas dengan berat awal 12,1 ± 2,81 g, dan panjang awal 7 ± 0,57 cm. Pada awal penelitian ditebar ikan mas 100 ekor/tangki kultur. Penelitian dilakukan selama 60 hari menggunakan tiga replikat dan untuk kontrol digunakan sistem statis (batch). Pemberian pakan dilakukan secara ad libitum dengan mengikuti strategi pemakaian pakan 5x2. Selain itu, selama penelitian dilakukan pengukuran parameter kualitas air seperti amonium, nitrit, nitrat, pH, DO, suhu, dan kelimpahan bakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan sistem resirkulasi memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ikan mas, rerata pertambahan berat badan ikan sebesar 0,026±0,005 g dan rerata pertambahan panjang ikan sebesar 0,008 ± 0,001 cm, dan biomassa 52,04±12,34 g dapat dicapai selama dua bulan kultur dan hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan sistem batch/kontrol (rerata berat = 0,008±0,001 cm, rerata panjang sebesar 0,007± 0,003 cm, dan biomassa 39,52±10,03). Tingkat kelulushidupan ikan pada sistem resirkulasi memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem batch, yaitu sebanyak 77% (dimana untuk sistem batch kelulushidupannya sebesar 47%). Keempat komponen biologi ini berbeda nyata (p<0,05). Disamping berdampak positif terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan, penggunaan sistem resirkulasi memberikan dampak positif terhadap kualitas air dengan kandungan senyawa toksik seperti kadar amonium (0,04-0,09 ppm) dan nitrit (0,02-0,29 ppm) lebih rendah dan lebih stabil jika dibandingkan dengan sistem batch kadar amonium berkisar antara 0,07-0,13 ppm dan nitrit berkisar antara 0,10-0,34 ppm. Dari sudut tingkat higienik kultur, rerata koloni bakteri yang dijumpai selama periode kultur adalah sebesar 2,9 x 106 dan 3,8 x 106 pada sistem resirkulasi dan sistem batch secara berurutan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan sistem resirkulasi pada budidaya ikan mas mampu menciptakan kondisi kultur yang dapat mendukung terciptanya kualitas air yang baik, mendukung pertumbuhan ikan mas dan kondisi kultur yang lebih higienik untuk proses pendederan ikan mas.