digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2009_TS_PP_SULIYAT_1-COVER.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB

Kecoa Jerman (Blattella germanica) ditemukan di berbagai pemukiman, terutama di hotel dan di restoran, serta merupakan hama yang penting baik secara estetika, ekonomis maupun medis. Kecoa ini tersebar hampir diseluruh dunia. Untuk mengendalikannya, insektisida paling banyak digunakan, namun seiring penggunaan insektisida secara intensif, banyak masalah lingkungan yang ditimbulkan termasuk terjadinya resistensi terhadap insektisida. Dalam beberapa tahun terakhir, insektisida dalam bentuk umpan banyak digunakan untuk mengendalikan kecoa Jerman di banyak negara maju tetapi masih belum banyak digunakan di Indonesia. Insektisida umpan dianggap lebih ramah lingkungan (low impact), aman dan lebih mudah digunakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efikasi umpan terhadap B. germanica di laboratorium dan lapangan. Formulasi umpan terdiri dari atraktan dan bahan aktif insektisida fipronil 0,03%. Empat formulasi umpan dibuat dengan atraktan yang berbeda yaitu hati ayam, madu pisang, darah sapi dan feses kecoa. Hasil pengujian di laboratorium memperlihatkan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan mortalitas kecoa 100% secara berurutan adalah umpan yang mengandung hati ayam = 36 jam, madu pisang = 48 jam, darah sapi = 60 jam, dan feses kecoa = 72 jam. Uji statistik (ANOVA dan uji Duncan) memperlihatkan tidak berbeda nyata antara umpan yang mengandung madu pisang dengan umpan yang mengandung hati ayam. Memperhatikan ketahanan tekstur umpan dalam jangka waktu yang lebih lama, maka umpan yang mengandung madu pisang dipilih, dan selanjutnya dilakukan uji untuk melihat kemampuan umpan dalam mengendalikan B. germanica di lapangan. Pengujian di lapangan dilakukan pada 18 restoran disekitar Bandung. Perkiraan jumlah populasi sebelum perlakuan dilakukan dengan metode sampling visual dan sticky trap. Metode visual memperlihatkan hasil penghitungan yang lebih banyak dari pada metode sticky trap, selanjutnya metoda visual digunakan untuk memonitor B. germanica sesudah perlakuan. Evaluasi sanitasi dilakukan untuk menentukan tingkat sanitasi dari tingkat 1-5 (bersih – sangat kotor). Hasil evaluasi sanitasi menunjukkan bahwa semakin buruk sanitas, makai semakin besar populasinya (analisis korelasi Pearson nilai 0,9). Hasil uji umpan di dapur restoran memperlihatkan tingkat pengurangan sampai dengan 100% populasi B. germanica dapat diperoleh dalam waktu 5 minggu setelah perlakuan, dengan populasi awal sebelum perlakuan berkisar antara 41-243 ekor kecoa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa formulasi umpan yang mengandung atraktan madu pisang dengan bahan aktif insektisida fipronil 0,03% terbukti sangat efektif untuk mengendalikan B. germanica baik di laboratorium dan di lapangan.