digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2018_TS_PP_INE_RISWANTI_1-COVER.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB

Kopi luwak adalah berry kopi yang melewati saluran pencernaan dan di fermentasi dalam cairan lambung paradoxorus hemaproditus sehingga bersifat unik dan memiliki harga mahal. Untuk mempermudah proses produksi, dilakukan upaya penangkaran. Saat ini Indonesia belum memiliki standar pengelolaan produksi kopi luwak terkait bioetika dan preferensi konsumen, sehingga belum ada jaminan untuk kopi luwak yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang standar evaluasi pengelolaan produksi kopi luwak berkelanjutan dengan menerapkan prinsip animal welfare. Dilaksanakan di Perusahaan Kopi Malabar dari Bulan Juli-Desember 2017. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, terdiri dari tiga tahapan, yaitu (1) identifikasi pengelolaan produksi kopi luwak berdasarkan dimensi ekologi, ekonomi dan sosial, (2) identifikasi penerapan animal welfare dan (3) perancangan standar evaluasi pengelolaan produksi kopi luwak dengan menerapkan pendekatan animal welfare. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan mixed method (Creswell, 2003) yang mengkombinasikan analisis kuantitatif dan kualitatif, adapun instrumen yang digunakan untuk membuat standar evaluasi adalah PKIV (CIFOR,1999; Ritchi et al.,2001). Secara ekologi, penyesuaian habitat luwak belum terpenuhi, yang ditunjukkan oleh pengayaan fasilitas yang belum lengkap. Secara ekonomi, dengan analisis finansial, kriteria investasi termasuk dalam kategori layak (NPV sebesar Rp. 161,446,695 B/C Ratio 1,59, PBP 2,7 dan IRR 36%). Secara sosial, kelembagaan eksternal belum kuat serta produk kopi luwak yang belum memiliki standar SNI menjadi faktor penghambat keterterimaan konsumen. Penerapan animal welfare pada dua tipe kandang mengindikasikan belum terpenuhinya semua prinsip yang harus dipenuhi, analisis lebih lanjut menunjukkan, kesenjangan antara kondisi ideal dan kondisi aktual dengan rata-rata pada kandang tipe I 62% dan Kandang tipe II 74% yang berdampak terhadap perubahan prilaku comfort behavior yang rendah (pada kandang tipe I sebesar 4.09% dan kandang tipe II sebesar 0.27%). Telah dibuat standar evaluasi PKIV yang terdiri dari 7 prinsip, 18 kriteria, dan 50 indikator pengelolaan produksi kopi luwak berkelanjutan yang mencakup dimensi ekologi, sosial dan ekonomi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara umum sistem proses produksi kopi luwak belum memenuhi penerapan animal welfare. Aplikasi prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan produksi kopi luwak sebagai standar pengelolaan akan menjadikan kopi luwak Malabar menjadi produk yang unggul dan berkelanjutan.