digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2011_TS_PP_ISNI_NURAZIZA_1-COVER.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia yang berperan dalam bidang pendidikan, agama, sosial, dan ekonomi di masyarakat. Lembaga ini sangat bervariasi dan telah berkembang pesat di Indonesia, serta berpotensi sebagai media untuk implementasi konsep lingkungan kepada masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah mencanangkan program “Ekopesantren” (Eco-Pesantren) untuk mewujudkan sebuah pesantren berwawasan lingkungan dengan menerapkan prinsip ekologi dalam aktivitas pesantren. Walaupun demikian, beberapa pesantren sebenarnya telah menerapkan sebagian prinsip tersebut dalam aktivitasnya sehingga akan lebih mudah untuk menjadikan pesantren-pesantren ini sebagai Ekopesantren. Oleh karena itu, perlu diketahui terlebih dahulu sejauh mana penerapan prinsip-prinsip ekologi dalam aktivitas pesantren, serta kendala apa yang dihadapi pesantren untuk menjadi sebuah Ekopesantren. Untuk itu, diperlukan suatu alat ukur untuk menilai sejauh mana prinsip-prinsip tersebut diterapkan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai penerapan Ekopesantren di pesantren pada umumnya sehingga dapat diketahui potensi dan kendalanya untuk menjadi sebuah Ekopesantren. Penelitian meliputi tahap penyusunan indikator Ekopesantren, penilaian penerapan Ekopesantren, dan penyusunan strategi untuk mewujudkan Ekopesantren di sebuah pesantren. Penyusunan indikator meliputi pengumpulan indikator dan penyesuaian indikator dengan kondisi riil beberapa pesantren. Indikator yang dikumpulkan terdiri dari indikator Ekopesantren pemerintah (KNLH) serta indicator-indikator berbasiskan konsep lingkungan berkelanjutan (konsep Ecovillage, Sustainable Community, dan Sustainable Development). Penyesuaian indikator dilakukan melalui observasi dan wawancara ke delapan pesantren yang berlokasi di Bandung, Subang, Sumedang, Garut, dan Indramayu. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah populasi di pesantren bervariasi, tergantung lahan dan kelengkapan fasilitas yang dimiliki pesantren. Namun, lokasi pesantren umumnya berbatasan langsung dengan masyarakat, baik yang berlokasi di pegunungan ataupun perkotaan dengan aktivitas perekonomian yang bervariasi berupa agrobisnis, peternakan, dan koperasi. Di antara pesantren-pesantren tersebut terdapat pesantren yang telah menerapkan prinsip pemeliharaan lingkungan, seperti Ecopesantren Daarut Tauhid, Duriyat Mulia, dan Al-Zaitun. Namun, pesantren yang lain pada umumnya dapat dikatakan belum menerapkan iv konsep pengelolaan lingkungan ini dalam aktivitas sehari-hari sehingga potensi sumber daya yang dimiliki tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan hasil penyesuaian dengan kondisi pesantren tersebut, disusun set indikator Ekopesantren yang terdiri dari 46 indikator dalam 4 dimensi: Institusional (4 indikator), Sosial (10 indikator), Ekonomi (5 indikator), dan Lingkungan (27 indikator). Set indikator kemudian digunakan untuk menilai keberlanjutan lingkungan di Pondok Pesantren (PP.) Pagelaran III yang belum berlabel Ekopesantren sebagai studi kasus. Hasil penilaian secara deskriptif menunjukkan bahwa penerapan Ekopesantren di pesantren ini telah diupayakan dalam bentuk pemanfaatan lahan; pengadaan sarana ibadah, kesehatan, dan olahraga; pengadaan kegiatan sosial; dan pengadaan kegiatan ekstrakurikuler. Tingkat penerapan paling tinggi ditunjukkan dalam Dimensi Sosial (7 dari 10 indikator) dan Dimensi Ekonomi (3 dari 5 indikator), sedangkan untuk Dimensi Lingkungan sebagian besar indikator belum diterapkan oleh PP. Pagelaran III. Seperti, belum adanya pengelolaan limbah dan sumber daya alam secara optimal di PP. Pagelaran III. Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi institusional pesantren yang belum menjadikan aspek lingkungan sebagai bagian utama pengelolaan pesantren, ditunjukkan dengan tidak ada satupun indikator Dimensi Institusional Ekopesantren yang diterapkan di PP. Pagelaran III. Hasil penilaian secara kualitatif dengan melihat indikator yang “sudah” dan “belum” diterapkan, menunjukkan bahwa tingkat penerapan Ekopesantren di PP. Pagelaran III adalah sebesar 34% (16 dari 46 buah indikator). Minimnya penerapan terutama disebabkan kurangnya pemahaman dan kepedulian sebagian besar warga pesantren terhadap lingkungan serta terbatasnya sumber daya manusia dan finansial pesantren. Oleh karena itu, untuk mewujudkan Ekopesantren di Pondok Pesantren Pagelaran III dapat dilakukan melalui peningkatan intensitas pemahaman warga pesantren terhadap pengelolaan lingkungan serta optimalisasi sumber daya yang ada. Untuk itu diperlukan peran serta Kyai pesantren untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas tersebut, termasuk dalam pengembangan kurikulum dan metode belajar santri untuk meningkatkan interaksi santri dengan alam; pengadaan struktur khusus dan sarana pendukung pengelolaan lingkungan; pengadaan tenaga ahli lingkungan; dan optimalisasi lahan. Optimalisasi lahan dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan yang telah ada sebagai apotek hidup dan laboratorium alam untuk contoh konservasi keanekaragaman hayati di pesantren, penerapan teknik biopori dan water treatment untuk konservasi air dan pengolahan limbah, serta pengadaan budidaya ikan air tawar untuk mendukung kegiatan perekonomian pesantren serta media pembelajaran santri.