digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengukuran radioaktivitas lingkungan yang dilakukan oleh PTKMR-BATAN pada tahun 2007 di daerah Sulawesi Barat menunjukkan adanya nilai laju dosis radioaktivitas yang cukup tinggi (100-2.800 nSv/jam). Laju dosis yang tinggi umumnya disebabkan oleh karena konsentrasi kalium (K), uranium (U) dan thorium (Th) dalam jumlah tinggi di alam. Laju dosis tinggi ini ditemukan di batuan volkanik Adang. Morfologi gunungapi umumnya memiliki lereng curam dan elevasi yang tinggi. Kondisi tersebut menyulitkan di dalam pengambilan data permukaan. Aplikasi penginderaan jauh bersama dengan pengukuran radioaktivitas batuan/tanah secara regional merupakan perangkat pembantu untuk mengetahui kontrol mineralisasi U dan Th. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi meja, analisis citra penginderaan jauh, pengukuran radioaktivitas batuan/tanah, dan kemudian memadukan data tersebut untuk mendapatkan sebaran U dan Th di daerah penelitian. Penginderaan jauh menggunakan citra Landsat-8 dengan resolusi spasial 15 m, 30 m dan 100 m yang direkam pada tanggal 23 Juli 2013. Geologi daerah Mamuju dan sekitarnya disusun oleh kelompok batuan gunungapi dan kelompok batuan sedimen. Kelompok batuan gunungapi terbagi menjadi kompleks gunungapi Talaya dan kompleks gunungapi Adang. Volkanostratigrafi kompleks gunungapi Talaya terdiri dari Khuluk Talaya, Gumuk Mambi, Gumuk Malunda, dan Gumuk Kalukku. Volkanostratigrafi kompleks gunungapi Mamuju terdiri dari Khuluk Mamuju, Gumuk Botteng, Gumuk Ahu, Gumuk Tapalang, Gumuk Adang, Gumuk Ampalas, Gumuk Sumare, dan Gumuk Labuhan Ranau. Sementara itu, kelompok batuan sedimen terdiri dari satuan batupasir Sumare, satuan batugamping Mamuju, satuan batugamping Tapalang, satuan batugamping Karampuang, dan aluvium. Pengukuran radioativitas batuan/tanah menggunakan spektrometer gamma tipe sintilasi model RS-125. Spektrometer tersebut menghitung jumlah K (%), eU (ppm), dan eTh (ppm) yang berasal dari spektrum energi radiasinya. Berdasarkan hasil pengukuran radioaktivitas batuan/tanah, nilai laju dosis di daerah penelitian berkisar antara 15–11.264,5 nSv/jam dengan ii anomali laju dosis sebesar 1.693,6 nSv/jam. Sementara itu, kadar K berkisar antara 0 – 17,7%, kadar eU sebesar 0 – 1.528,7 ppm, dan kadar eTh berkisar antara 1,3 – 826,4 ppm. Anomali kadar U sebesar 97,3 ppm eU ditemukan di daerah hulu Sungai Mamuju, Botteng, Takandeang, dan Ahu. Anomali kadar Th sebesar 369,5 ppm eTh ditemukan di Takandeang, Pangasaan, Ahu, dan Taan. Sebaran nilai laju dosis, kadar K, U dan Th tinggi terdapat di batuan ponolit dan ponolit leusit yang merupakan bagian dari gunungapi Adang. Kadar uranium tinggi berasal dari mineral primer davidite dan thorianit, serta mineral sekunder gummite dan autunite. Sementara itu, kadar thorium tinggi berasal dari mineral primer thorianit. Pengkayaan thorium ditemukan pada batuan ponolit dan ponolit leusit teralterasi dan tanah laterit lapukannya. Berdasarkan peta isokadar eU dan eTh, kadar eU dan eTh yang tinggi berhubungan dengan pusat aktivitas gunungapi Adang, terutama di kawah dan kubah lava. Penisbahan saluran 4/2, 5/6, dan 6/7 memberikan gambaran sebaran mineral oksida besi, silikat ferromagnesian, dan hidroksil lempung di daerah penelitian. Kadar U tinggi tersebar di batuan ponolit dan ponolit leusit dengan jumlah mineral silikat ferromagnesian rendah. Sebaliknya, sebaran Th tidak dipengaruhi oleh jumlah mineral silikat ferromagnesian. Potensi keterdapatan mineral radioaktif berada di hulu Sungai Mamuju, Takandeang, Ahu, Pangasaan, Botteng, dan Taan. Prospek mineral uranium dan thorium tersebar hanya di batuan kompleks gunungapi Mamuju.