2018_DS_PP_AHMAD_AINUROFIQ_1-ABSTRAK.pdf
PUBLIC yana mulyana COVER Ahmad Ainurofiq
PUBLIC yana mulyana BAB 1 Ahmad Ainurofiq
PUBLIC yana mulyana BAB 2 Ahmad Ainurofiq
PUBLIC yana mulyana BAB 3 Ahmad Ainurofiq
PUBLIC yana mulyana BAB 4 Ahmad Ainurofiq
PUBLIC yana mulyana BAB 5 Ahmad Ainurofiq
PUBLIC yana mulyana PUSTAKA Ahmad Ainurofiq
PUBLIC yana mulyana
Bahan aktif farmasi menghadapi tantangan dalam komersialisasi dan
pengembangan karena sifat fisikokimia dan fisikomekanik yang tidak
menguntungkan. Desloratadin (DES) digunakan untuk mengobati rinitis alergi,
urtikaria, dan anti inflamasi yang menunjukkan perilaku mekanis yang buruk dan
kelarutan yang rendah. Terutama, perilaku mekanik DES yang dimanifestasikan
dengan terjadinya capping, selama proses tabletasi. Rekayasa kristal dengan
pembuatan kristal multikomponen telah diketahui mampu memperbaiki
kekurangan sifat mekanik karena sangat terkait dengan pengaturan molekuler
dalam kisi kristal yang mempunyai peran penting dalam desain bahan untuk
mudah ditabletasi. Sampai saat ini, tidak ada pendekatan rekayasa kristal yang
dilaporkan mengatasi masalah yang tidak menguntungkan dari DES. Tujuan dari
penelitian ini untuk memperoleh kristal multikomponen dari DES dengan
berbagai koformer, yang hasil sintesisnya mampu mengatasi tabletabilitas buruk,
kelarutan yang rendah, dan memperbaiki laju disolusi. Selain itu, penelitian ini
juga untuk mengetahui fenomena koamorfisasi untuk memperbaiki laju disolusi,
kelarutan, dan stabilitas DES. Penelitian ini juga untuk mengetahui pengaruh
perlakuan yang biasa terjadi selama manufaktur meliputi: pengaruh pelarut,
penggilingan, pemanasan, dan tekanan kompresi terhadap beberapa kemungkinan
perubahan sifat fisikokimia DES maupun kristal multikomponen, terutama
transformasi polimorfik.
Sintesis kristal multikomponen dilakukan antara DES dengan 26 koformer pada
rasio molar 1:1 menggunakan metode penguapan pelarut. Pelarut yang digunakan
sebanyak 12 jenis. Hasil pembuatan kristal multikomponen dievaluasi dengan
mikroskop polarisasi, apabila muncul habit kristal baru campuran DES dengan
koformer yang berbeda dengan habit DES maupun koformer maka menunjukkan
prediksi awal terbentuknya senyawa kristal multikomponen. Komponen campuran
yang dimungkinkan terbentuk, selanjutnya dikarakterisasi menggunakan: powder
X-ray diffraction (PXRD), differential scanning calorimetry (DSC), fourier
transform infrared spectroscopy (FTIR), scanning electron microscopy (SEM),
dan pengujian stabilitasnya. Penentuan struktur kristal multikomponen
menggunakan single crystal X-ray diffraction (SCXRD), selanjutnya dilakukan
pengujian sifat fisikokimia yang meliputi kelarutan, dan laju disolusi. Pengujian
sifat fisikomekanik kristal multikomponen meliputi pengujian tabletabilitas
(tensile strength), pengujian flowabilitas dan kompresibilitas (indeks Carr dan
rasio Hausner), pengujian elastisitas (elastic recovery), dan penentuan bidang
luncur (slip plane). Penelitian ini juga melakukan pembuatan ko-amorf dari DES
dan asam benzoat (BA) dengan metode melt-quenching dan dikarakterisasi
menggunakan DSC, FT-IR, PXRD, dan mikroskop polarisasi. Profil disolusi,
kelarutan, dan stabilitas fisik ko-amorf DES-BA ditentukan. Penelitian lebih
lanjut, mengevaluasi DES dan kristal multikomponen dari pengaruh pelarut,
penggilingan, pemanasan, maupun tekanan kompresi terhadap sifat fisikokimia
yang dikarakterisasi dengan PXRD, FTIR, DSC, SEM, dan pengujian kelarutan.
Hasil pemeriksaan bahan baku DES menunjukkan polimorf bentuk I berdasarkan
hasil konfirmasi FTIR, XRD, dan DSC. Pengujian DES dengan koformer hanya
muncul satu koformer yaitu asam benzoat (BA) yang terbentuk kristal
multikomponen. Hasil semua karakterisasi DES-BA mengindikasikan
terbentuknya fase kristal padat baru, yang berbeda dengan komponen individu
DES dan BA yang memastikan terbentuknya kristal multikomponen. Stabilitas
kristal multikomponen diamati dengan PXRD dan FTIR dalam kondisi yang
dipercepat selama 4 bulan dalam suhu 40°C/ RH 75% menunjukkan hasil yang
stabil tidak mengalami perubahan pola dibandingkan sebelum perlakuan.
Analisis struktur kristal tunggal mengungkapkan bahwa kristal multikomponen
baru ini dikategorikan sebagai garam karena adanya transfer proton dari BA ke
molekul DES. Dengan pembentukan kristal multikomponen garam, menunjukkan
bahwa tabletabilitas dan plastisitas kristal multikomponen meningkat dan berbeda
dengan obat induk. Selain itu, kecenderungan capping maupun laminasi tidak
diamati pada kristal multikomponen DES-BA. Keberadaan struktur berlapis dan
bidang luncur dari kristal multikomponen dikaitkan dengan perbaikan
kemampuan tabletabilitas, yang tidak ada pada DES. DES-BA dalam kasus ini
menunjukkan kelarutan yang meningkat dalam media air dan HCl 0,1 N, serta
profil disolusi yang lebih baik.
Hasil analisis membuktikan ko-amorf DES-BA sudah terbentuk sempurna dan
homogen. Percobaan DSC menunjukkan bahwa suhu transisi kaca (Tg) dari koamorf DES-BA yang diuji memiliki Tg tunggal yang lebih tinggi daripada DES
amorf. FT-IR mengungkap interaksi yang kuat terutama pembentukan garam.
Tingkat disolusi dan kelarutan ko-amorf DES-BA (1: 1) diperoleh lebih besar
daripada bentuk kristal DES. Pemeriksaan stabilitas fisik selama 3 bulan pada
40°C dengan RH 75% menunjukkan ko-amorf DES-BA lebih stabil daripada
bentuk tunggal DES amorf.
Pengaruh tekanan kompresi terhadap karateristik fisikokimia dan fisikomekanik
menunjukkan perubahan yang relatif kecil dari kristalinitas DES maupun kristal
multikomponen yang direpresentasikan dari data degree of crystallinity, crystallite
size, dan FWHM. Nilai perubahan kritalinitas pada DES lebih besar dibandingkan
kristal multikomponen dengan bertambahnya tekanan kompresi. Spektra ATR-
FTIR menunjukkan pola yang sama, hal ini membuktikan pengaruh tekanan
kompresi tidak banyak mengubah kristalinitas DES maupun kristal
multikomponen. Kompresi tidak sampai menyebabkan terjadinya transformasi
polimorfik. Pengamatan SEM menunjukkan kecenderungan adanya perlekatan
antar partikel pada DES dan tidak terjadi pada kristal multikomponen.
Tabletabilitas dari DES dan kristal multikomponen apabila dihubungkan lebih
dipengaruhi oleh faktor internal berupa bidang luncur, sedangkan faktor eksternal
berupa tekanan kompresi relatif tidak mempengaruhi hasil dari tabletabilitas.
Transformasi polimorfik terjadi pada DES, namun tidak terjadi pada kristal
multikomponen. Kristal multikomponen stabil dari pengaruh pelarutan,
pemanasan, penggilingan, dan kompresi. Proses transformasi DES dipicu oleh
pengaruh rekristalisasi dengan pelarut yang berbeda menghasilkan polimorf yang
berbeda, perlakuan saat penguapan pelarut disertai pemanasan juga menyebabkan
transformasi polimorfik. Proses penggilingan telah menginduksi terjadinya
transformasi polimorfik I ke polimorf II. Adapun pengaruh pemanasan telah
menginisiasi pembentukan polimorf II dari polimorf I, meskipun hasilnya
merupakan campuran kedua polimorf.
Hasil akhir menunjukkan kristal multikomponen DES-BA dapat memperbaiki
tabletabilitas, kelarutan, dan mempunyai stabilitas yang bagus. Adapun,
pembentukan sistem lain berupa ko-amorf DES-BA telah menunjukkan potensi
untuk memperbaiki stabilitas, meningkatkan kelarutan dan disolusi. Namun,
apabila dibandingkan antara kristal multikomponen dengan ko-amorf
menunjukkan kristal multikomponen lebih stabil. Evaluasi yang terkait pengaruh
penggilingan, pelarutan, pemanasan, dan tekanan kompresi menunjukkan kristal
multikomponen tidak mengalami transformasi polimorfik, sedangkan pada DES
menunjukkan adanya transformasi polimorfik. Studi ini memberikan informasi
bahwa kristal multikomponen DES-BA bisa dikembangkan ke arah formulasi
yang layak secara fisikokimia dan fisikomekanik.