Abstrak_18213022_Hana_Alaydrus.pdf
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER hana alaydrus
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 hana alaydrus
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 hana alaydrus
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 hana alaydrus
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 hana alaydrus
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 hana alaydrus
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 6 hana alaydrus
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA hana alaydrus
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  karya
» Gedung UPT Perpustakaan
Pemerintah Indonesia telah membangun sistem pemantau lalu lintas seperti
National Traffic Management Center (NTMC), Bandung Command Center (BCC),
dan Jasamarga Live untuk manajemen lalu lintas, namun belum efektif. Pada sistem
pemantau lalu lintas BCC, kesimpulan mengenai kejadian yang terjadi pada video
CCTV, masih diperoleh dari interpretasi manual oleh manusia. Jumlah CCTV yang
mencapai 728 kamera, jumlah pegawai yang hanya 28, dan kewajiban untuk
memantau 24 Jam, menyebabkan pengawasan tidak dapat dilakukan secara
menyeluruh sehingga memungkinkan adannya titik-titik CCTV yang tidak
terpantau dengan baik.
Untuk meningkatkan keefektifan sistem pemantau lalu lintas pada BCC, dapat
dibuat sebuah sistem pemantau lalu lintas otomatis. Sistem pemantau lalu lintas
otomatis dapat memanfaatkan pemrosesan gambar untuk mendeteksi kendaraan
pada video CCTV. Sistem pemantau lalu lintas otomatis telah dikembangkan oleh
Hendrawan dan Tobing (2014) dan diimplementasi dalam bentuk monolitik.
Pendekatan monolitik untuk sistem pemantau otomatis BCC kurang sesuai. Sistem
pemantau otomatis untuk BCC butuh sumber daya yang besar untuk memproses
728 kamera, pendekatan monolitik yang memiliki skalabilitas rendah akan
menyebabkan pemborosan sumber daya. Selain itu, sistem pemantau otomatis
untuk BCC juga butuh digunakan 24 jam, pendekatan monolitik yang memiliki
ketahanan yang rendah akan menyebabkan sistem rentan terhadap kegagalan
sehingga sistem tidak dapat digunakan 24 jam. Solusi dari masalah skalabilitas dan
ketahanan pada arsitektur monolitik adalah arsitektur microservice. Tugas akhir ini
telah membuktikan bahwa sistem pemantau lalu lintas otomatis berbasis
microservices memiliki skalabilitas dan ketahanan yang lebih tinggi dari monolitik.