digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2018_TS_PP_NOVI_KARTIKA_SARI_ABSTRAK_1.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

COVER NOVI K. SARI.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

BAB I PENDAHULUAN.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

BAB II TIN-PUS.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

BAB III METODOLOGI.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

BAB IV GAMBARAN.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

BAB VI PENUTUP.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

PUSTAKA Novi Kartika Sari
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Pencemaran udara sudah memberikan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat di dunia termasuk DKI Jakarta. Studi identifikasi sumber pencemar pada partikulat kasar (PM2,5-10) dan halus (PM2,5) di DKI Jakarta dilakukan untuk menentukan potensi dan kemungkinan sumber pencemar. Penelitian ini merupakan bagian dari riset Urban HybriD models for AiR pollution exposure Assessment (UDARA). Pengambilan sampel sebanyak 13, 32, dan 32 pasang sampel partikulat masing-masing dilakukan di Kelapa GadingĀ¬ (JU), Kuningan (JP) dan Jagakarsa (JS), DKI Jakarta selama Juni-September 2018 menggunakan alat Gent Stack Filter Unit (GSFU). Konsentrasi partikulat ditentukan melalui metode gravimetri sementara konsentrasi Black Carbon dan 22 unsur kimia masing-masing ditentukan melalui reflektansi cahaya dan ED-XRF. Sebanyak 4 kelompok data yaitu JU, JP, JS, dan JUPS (gabungan 3 lokasi) diidentifikasi sumber pencemarnya menggunakan analisa korelasi, analisa kluster, dan PCA (Principal Component Analysis) dengan rotasi varimax. Model PCA/MLR (kelompok data JP, JS, and JUPS) dan STE (Single Trace Element)/MLR (kelompok data JU) diaplikasikan untuk mendapatkan kontribusi sumber pencemar. Model CPF (Conditional Probability Function) juga diaplikasikan untuk mengestimasi arah sumber pencemar lokal. Berdasarkan uji ANOVA dan post-hoc Tukey-Kramer, konsentrasi rata-rata PM2,5 di JP berbeda signifikan terhadap JS dan JU. Konsentrasi PM2,5 paling tinggi ditemukan di JP dengan 23% lebih tinggi dibanding JS dan 36% dibanding JU. Pada fraksi PM2,5-10 didapatkan perbedaan signifikan pada semua lokasi. Konsentrasi PM2,5-10 di JU paling tinggi dengan 16% lebih tinggi dibanding JP dan 52% dibanding JS. Konsentrasi unsur kimia khususnya pada PM2,5 dominan lebih tinggi di JP seperti BC, Mg, Si, S, K, Ca, Ti, Cr, Ni, dan Cu. Sumber pencemar dapat terbagi menjadi 4-5 sumber pencemar pada fraksi PM2,5 yaitu emisi kendaraan bermotor, pembakaran biomassa, aged sea salt, residual oil, industri, crustal (JU, JS, dan JUPS) serta debu jalan (JP). Pada fraksi PM2,5-10 didapatkan sumber pencemar debu jalan, fugitive dust, aged sea salt serta penggunaan ban dan rem kendaraan. Hasil kontribusi sumber pencemar pada seluruh kelompok data (JU, JP, JS, dan JUPS) didapatkan bahwa emisi kendaraan (fraksi PM2,5) menjadi kontributor utama. Sumber debu jalan dan konstruksi ditemukan sebagai kontributor terbesar pada fraksi PM2,5-10.