2017_DIS_PP_ADE_ZUHROTUN_1-COVER.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DIS_PP_ADE_ZUHROTUN_1-BAB_1.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DIS_PP_ADE_ZUHROTUN_1-BAB_2.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DIS_PP_ADE_ZUHROTUN_1-BAB_3.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DIS_PP_ADE_ZUHROTUN_1-BAB_4.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DIS_PP_ADE_ZUHROTUN_1-BAB_5A1.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DIS_PP_ADE_ZUHROTUN_1-BAB_5B.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DIS_PP_ADE_ZUHROTUN_1-BAB_6.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DIS_PP_ADE_ZUHROTUN_1-BAB_7.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DIS_PP_ADE_ZUHROTUN_1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC yana mulyana
Penyakit kanker ditandai dengan pertumbuhan sel tidak terkendali dan
penyebarannya melalui sistem limfatik dan pembuluh darah menuju jaringan atau
bagian tubuh lainnya. Pertumbuhan sel ini akan terus berlangsung dan
menyebabkan kerusakan organ-organ vital manusia bahkan kematian. Jumlah
kasus kanker di dunia mengalami peningkatan dari 12,7 juta pada tahun 2008
menjadi 14,1 juta pada tahun 2012. Angka ini diperkirakan akan meningkat
menjadi 25 juta pada kurun waktu dua dekade. Sementara di Indonesia, prevalensi
kanker pada tahun 2013 yaitu 1,4 ‰atau sekitar 347.792 orang.
Kombinasi operasi, radiasi dan kemoterapi merupakan pilihan yang sering
dilakukan untuk mengobati kanker. Beragamnya tipe sel kanker pada tiap pasien,
stadium panyakit, adanya resiko toksisitas obat, efek samping dan resistensi dalam
kemoterapi membuat kanker sulit diobati. Hal ini menjadi tantangan dan motivasi
untuk mencari sumber baru obat antikanker. Saat ini, sebanyak 74 dari 488 obat
antikanker yang diluncurkan National Cancer Institute (NCI) Amerika Serikat
merupakan obat asal tumbuhan. Sementara di Indonesia, sebanyak 16 dari 74
obat antikanker yang beredar merupakan obat asal tumbuhan.
Menurut NCI, ada Families of Special Interest (FOSI) atau beberapa suku
tumbuhan yang diperkirakan memiliki aktivitas antikanker, diantaranya yaitu
Apocynaceae, Simaroubaceae dan Magnoliaceae. Di Indonesia, tercatat sekitar 63
jenis tumbuhan Apocynaceae, 11 jenis tumbuhan Simaroubaceae dan 18 jenis
tumbuhan Magnoliaceae yang tersebar di berbagai wilayah.
Salah satu metode uji in vitro yang bisa digunakan dalam rangka mencari
antikanker dari bahan alam yaitu mechanism-based yeast bioassay. Hasil
pengujian ini berkorelasi terhadap salah satu mekanisme kerja senyawa antikanker
yaitu inhibitor enzim topoisomerase. Sampai saat ini belum pernah dilaporkan
adanya aktivitas inhibitor enzim topoisomerase terhadap tumbuhan Indonesia dari
suku Apocynaceae, Simaroubaceae dan Magnoliaceae. Oleh karena itu, penelitian
ini dilakukan untuk penapisan aktivitas inhibitor enzim topoisomerase beberapa
ii
tumbuhan Indonesia anggota suku tersebut dan isolasi senyawa aktif tumbuhan
terpilih.
Penapisan aktivitas inhibitor topoisomerase dilakukan terhadap ekstrak metanol
kulit batang 15 jenis tumbuhan suku Apocynaceae, 3 jenis tumbuhan suku
Simaroubaceae dan 2 jenis tumbuhan suku Magnoliaceae dengan metode
mechanism-based yeast bioassay terhadap S. cerevisiae galur mutan (DNA repair-
atau recombination deficient). Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak Kibatalia
arborea (Blume) G. Don. dan Michelia champaca L. memiliki aktivitas inhibitor
topoisomerase I dan II. Ekstrak Plumeria alba L., Tabernaemontana macrocarpa
Jack., Wrightia pubescens Blume, Picrasma javanica Blume, Picrodendron
baccatum Krug. & Urb. Ex. Urb., dan Quassia indica L. Nooteboom memiliki
aktivitas inhibitor topoisomerase I. Sedangkan ekstrak Ochrosia citrodora
Lauterb & K. Schum dan Michelia alba DC. memiliki aktivitas inhibitor
topoisomerase II.
Berdasarkan hasil penapisan, ekstrak Michelia champaca L. dipilih sebagai
ekstrak terbaik yang menunjukkan aktivitas inhibitor topoisomerase I dan II.
Ekstrak tersebut memiliki efek toksik berdasarkan metode brine shrimp lethality
bioassay (LC50<1000 ?g/mL) dan memiliki aktivitas antijamur. Data ini
menunjukkan bahwa tumbuhan ini memiliki potensi sebagai antikanker. Oleh
karena itu, M.hampaca dijadikan tumbuhan terpilih untuk dilakukan isolasi
senyawa aktif.
Ekstrak metanol M. champaca difraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cair
(ECC). Berdasarkan hasil uji aktivitas inhibitor topoisomerase dengan
mechanism-based yeast bioassay dan KLT bioautografi, diketahui bahwa senyawa
target yaitu bercak ke-5 (Rf 0,68) dalam fraksi etil asetat dengan pengembang
campuran kloroform-metanol (9:1). Fraksi etil asetat dipisahkan lebih lanjut
dengan gabungan metode kromatografi cair vakum dan kromatografi kolom
klasik. Pada tahap akhir dilakukan pemurnian senyawa dengan cara rekristalisasi
menggunakan pelarut kloroform. Hasil isolasi berupa kristal jarum berwarna
kuning dengan jarak lebur 271,5-272,6 ?C, yang dinamakan isolat MCET51.
Uji aktivitas inhibitor topoisomerase isolat MCET51 dilakukan dengan metode
mechanism-based yeast bioassay dan reaksi enzimatik terhadap human
topoisomerase I. Hasilnya menunjukkan bahwa isolat aktif sebagai inhibitor
topoisomerase I dan II.
Karakterisasi isolat MCET51 telah dilakukan dengan spektrofotometri UV-Vis,
spektrofotometri Inframerah, spektrometri massa dan spektrometri resonansi
magnet inti proton (
1
H), karbon (
13
C), Heteronuclear Single Quantum Coherence
(HSQC) serta Heteronuclear multiple-bond correlation spectroscopy (HMBC).
Berdasarkan data karakterisasi dan setelah dibandingkan dengan pustaka,
disimpulkan bahwa isolat MCET51 adalah liriodenin.
Aktivitas ekstrak M. champaca dan liriodenin sebagai inhibitor topoisomerase I
dan II dengan metode mechanism-based yeast bioassay untuk pertama kali
iii
dilaporkan pada penelitian ini. Selain itu, aktivitas liriodenin sebagai inhibitor
topoisomerase I dengan metode enzimatik terhadap human topoisomerase I untuk
pertama kali dilaporkan pada penelitian ini. Penelitian lainnya hanya melaporkan
liriodenin sebagai inhibitor topoisomerase II.
Hasil penelitian ini sejalan dengan laporan NCI yang menyebutkan bahwa suku
Apocynaceae, Simaroubaceae dan Magnoliaceae termasuk ke dalam FOSI atau
suku tumbuhan yang diperkirakan mengandung zat aktif antikanker. Senyawa
yang diisolasi dari tumbuhan terpilih Michelia champaca L., yaitu liriodenin
memiliki aktivitas inhibitor topoisomerase I dan II yang merupakan salah satu
mekanisme obat-obat antikanker.