digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Prevalensi penyakit hiperurikemia dari tahun ke tahun menunjukkan adanya peningkatan. Hiperurikemia adalah keadaan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah (pria >7mg/dl, wanita>6 mg/dl). Keadaan hiperurikemia dapat berkembang menjadi penyakit pirai dan penyakit lain seperti gangguan ginjal dan hipertensi Alopurinol merupakan obat yang sering digunakan untuk mengobati penyakit hiperurikemia namun banyak efek samping yang ditimbulkannya antara lain : ruam, gangguan saluran cerna, sakit kepala, vertigo, hipertensi, alopesia, hepatotoksis dan neuropati. Dilihat dari banyaknya akibat yang ditimbulkan oleh peningkatan kadar asam urat dalam darah, serta efek samping yang ditimbulkan oleh pemakaian alopurinol sebagai obat antihiperurikemia, maka perlu dicari bahan tanaman yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar asam urat. Salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk menurunkan asam urat adalah kelopak bunga rosela yang penggunaannya secara tradisional dengan cara meminum air seduhannya. Tanaman rosela terutama kelopak bunga rosela telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pengobatan hipertensi, diabetes, menurunkan kolesterol, sebagai diuretik, melindungi dari infeksi, melancarkan peredaran darah, mencegah penyakit jantung, dan dapat menurunkan kadar asam urat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antihiperurikemia ekstrak kelopak bunga rosela, mekanisme kerjanya baik ekstrak, fraksi maupun isolatnya serta mencari senyawa aktif yang mempunyai efek antihiperurikemia. Uji antihiperurikemia in vivo dilakukan dengan menggunakan prazat asam urat yaitu purin yang terkandung dalam buah melinjo pada pakan tikus. Hasil penelitian uji antihiperurikemia menunjukkan bahwa ekstrak etanol kelopak bunga rosela dosis 40 mg/kg bb dan 80 mg/kg bb mempunyai aktivitas antihiperurikemia yang bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol, demikian pula dengan fraksi ekstrak etanol mempunyai aktivitas antihiperurikemia. Dosis terbaik untuk fraksi air adalah 37,5 mg /kg bb, sedangkan dosis terbaik dari fraksi etil asetat adalah : 25 mg/kg bb ii Uji mekanisme kerja yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada mekanisme kerja obat penurun asam urat yaitu sebagai urikostatik dan urikosurik. Uji urikostatik dilakukan secara in vitro dengan pembanding alopurinol yang bekerja menghambat enzim xantin oksidase. Hasil penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa ekstrak etanol mempunyai hambatan terhadap ezim xantin oksidase pada konsentrasi 100 µg/ml, demikian juga pada fraksi air dan fraksi etil asetat berturut turut (25,13 ; 25,81 dan 32,25 %) namun aktivitas inhibisi ini tidak sebaik alopurinol yang dapat menghambat xantin oxidase pada 10 µg/ml sebesar 49,53 % dengan IC50 10,25 ppm. Pengujian efek urikosurik dilakukan dengan memberikan asam urat oral, hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol mempunyai efek urikosurik pada dosis 40 mg/kg bb, fraksi air pada dosis 75 mg/kg bb sedangkan fraksi etil asetat pada dosis 6,25 mg/kg bb, berdasarkan jumlah asam urat dalam urin yang lebih tinggi dan secara statistik berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Hasil uji toksisitas akut maupun subkronik menunjukkan bahwa ekstrak etanol kelopak bunga rosela aman digunakan karena tidak menimbulkan kematian dan gejala toksik pada hewan uji. Hasil isolasi fraksi etil asetat kelopak bunga rosela dengan menggunakan Sephadex LH-20; menghasilkan dua isolat yang berperan dalam aktivitas antihiperurikemia, karena pada uji in vitro menunjukkan aktivitas hambatan enzim xantin oksidase. Kemampuan hambatan isolat pada enzim xantin oksidase cukup baik dibandingkan dengan fraksinya yaitu pada isolat A konsentrasi 50 ppm dapat menghambat enzim xantin oksidase sebesar 36,01 % dan sedangkan isolat B pada konsentrasi 100 ppm dapat menghambat sebesar 34,67 %. IC50 isolat A 118,3 ppm sedangkan isolat B sebesar 142,45 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dan fraksi kelopak bunga rosela mempunyai 2 mekanisme kerja namun efek urikosuriknya lebih kuat dibandingkan efek urikostatiknya Hasil elusidasi struktur dari kedua isolat tersebut berdasarkan analisis spektrofotometri UV, RMI, FTIR menunjukkan bahwa isolat pertama diduga sebagai senyawa 5-(1-hydroksietil) -4 metil dekahidro-2H.5H.[1.6] dioksa siklotridecino [9,10h] kromene-8.10,13,15, (3H, 6H) tetraone, sedangkan isolat kedua kemungkinan adalah 3etil 4 hidroksi 5 metilbenzaldehid