digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Wawan Agustina
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Wawan Agustina
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Wawan Agustina
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Wawan Agustina
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Wawan Agustina
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Wawan Agustina
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Wawan Agustina
PUBLIC Irwan Sofiyan

Pengelolaan limbah produksi merupakan salah satu isu penting yang seringkali dihadapi oleh para pelaku usaha industri terutama industri kecil seperti usaha produksi pati singkong dan aren. Sebetulnya, limbah padat dari usaha produksi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai tambahnya. Salah satu jenis limbah padat dari produksi tersebut berupa ampas. Ampas ini utamanya tersusun atas lignoselulosa. Bahan lignoselulosa dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif seperti briket dan papan komposit. Belakangan ini telah dilakukan penelitian dengan memanfaatkan miselium jamur sebagai perekat alami pada pembuatan bio-komposit. Salah satu miselium jamur yang potensial untuk digunakan yaitu berasal dari fungi Ganoderma lucidum. Oleh karena itu, ampas singkong dan ampas aren digunakan sebagai bahan baku pada pembuatan bio-komposit dan energi biomass padat dengan menggunakan perekat alami yang berasal dari miselium jamur G. lucidum. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Memperoleh produk berupa myco-briket dan myco-komposit dari bahan utama ampas singkong dan serat ampas aren, (2) Mengetahui proses produksi dan formula terpilih yang memberikan kualitas terbaik pada produk yang dihasilkan, dan (3) Mengetahui karakteristik produk yang dihasilkan dan membandingkannya dengan standard SNI. SNI 8021-2014 tentang pelet kayu dan SNI 03-2105-2006 tentang papan partikel. Pada penelitian utama dilakukan pengujian perbedaan komposisi bahan utama serat ampas aren dan ampas singkong yaitu 65 : 35; 50 : 50 dan 35 : 65 dan masing-masing dikode PR/BR-A, PR/BR-B dan PR/BR-C. Kode PR untuk myco-komposit dan kode BR untuk myco-briket. Proses produksi dari myco-briket dan myco-komposit pada dasarnya hampir sama, hanya berbeda pada proses akhir dan proses optimasi. Tahapan proses produksi meliputi persiapan inokulum, persiapan dan pencampuran bahan, sterilisasi media produksi, inokulasi, fermentasi, pengepresan dan pengeringan. Pada pembuatan myco¬-briket, setelah tahapan pengeringan dilakukan pemotongan menjadi bentuk briket. Optimasi pada pembuatan myco-briket dilakukan dengan penambahan arang tempurung kelapa dengan komposisi terhadap bahan utama sebanyak 10, 15 dan 20%. Produk yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan kemudian dianalisis. Pada produk Myco-briket analisis meliputi kerapatan, kadar air, kadar abu, zat terbang, karbon terikat, spektra FTIR, dan nilai kalor. Sedangkan pada produk myco-komposit analisis meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal, penyerapan air, kekuatan tarik internal, kelenturan, dan spektra FTIR. Selain itu pada sampel terpilih myco-komposit dan serat ampas aren dilakukan uji SEM. Dari uji pendahuluan diketahui lama fermentasi sekitar 11 hari dan inokulum terpilih adalah inokulum cair. Produk myco-briket awal terpilih dengan kode BR-C memiliki karakteristik kadar air 6,80%, kadar abu 5,3%, nilai kalor 3.594 kal/g dan kerapatan 0,46 g/cm3. Dari hasil tersebut untuk nilai kalor dan kerapatan masih belum sesuai dengan standard SNI. Setelah optimasi, karakteristik produk myco¬¬-briket mengalami perubahan utamanya nilai kalor. Produk myco¬¬-briket terpilih yaitu dengan penambahan arang tempurung kelapa 15% karakteristik kadar air 7,94%, kadar abu 4,03%, nilai kalor 4251,47 kal/g kerapatan 0,47 g/cm3, zat terbang 65,02% dan karbon terikat 22,98%. Semua karakteristik memenuhi persyaratan SNI terkecuali untuk kadar abu dan kerapatan. Produk myco-komposit terpilih memiliki karakteristik kerapatan 0,61 g/cm3, kadar air 8,80%, pengembangan tebal 18%, modulus of rupture (MOR) 3,08 N/mm2 dan modulus of elasticity (MOE) 419,84 N/mm2, dan kekuatan ikatan internal sebesar 0,758 N/mm2. Secara keseluruhan produk myco-komposit ini telah sesuai dengan SNI 03-2105-2006.