2013_TA_PP_MIRRA_NOVYANTI_1-COVER.pdf
PUBLIC Alice Diniarti
2013_TA_PP_MIRRA_NOVYANTI_1-BAB_1.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2013_TA_PP_MIRRA_NOVYANTI_1-BAB_2.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2013_TA_PP_MIRRA_NOVYANTI_1-BAB_3A.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2013_TA_PP_MIRRA_NOVYANTI_1-BAB_3B.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, baik hewan maupun
tumbuhan. Berbagai jenis tumbuhan dapat hidup dengan baik di Indonesia, salah satunya yaitu
tumbuhan Morus (Moraceae) yang memiliki banyak manfaat. Tumbuhan ini memiliki nilai
ekonomi yang tinggi sebagai pakan utama ulat sutera dan juga digunakan untuk obat tradisional
sebagai diuretik, ekspektoran, obat penyakit kulit, dan pelancar produksi ASI. Tumbuhan Morus
dilaporkan mengandung metabolit sekunder yang berpotensi sebagai obat antitumor,
antimikroba, antiinflamasi, dan antihipertensi. Namun, kadar metabolit sekunder dalam
tumbuhan pada umumnya sangat rendah sehingga perlu dikembangkan sumber lain. Dewasa ini,
isolasi metabolit sekunder dapat dilakukan dari fungi endofit yang hidup di dalam jaringan
tumbuhan. Berdasarkan penelitian, dalam satu jenis tumbuhan terkandung lebih dari satu spesies
fungi endofit. Beberapa fungi endofit tersebut terlibat dalam biosintesis metabolit sekunder
inangnya sehingga dimungkinkan mengandung metabolit sekunder yang mirip dengan inangnya.
Kelebihan metode ini antara lain dapat diperoleh fungi endofit dalam waktu yang relatif cepat,
yaitu sekitar 2 – 3 minggu. Pada penelitian ini dilakukan isolasi metabolit sekunder fungi endofit
dari tumbuhan Morus macroura, dengan diawali inokulasi fungi endofit dari bagian batang M.
macroura ke dalam media padat Potato Dextrose Agar (PDA). Salah satu spesies fungi endofit
yang berhasil dipisahkan, dikultur dalam media PDA kemudian disubkultur ke dalam media cair
Potato Dextrose Broth (PDB) dan diinkubasi selama 16 hari. Fungi endofit tersebut dipisahkan
dari medianya dengan cara disaring menggunakan corong Buchner. Fungi tersebut digerus
hingga halus dengan mortar kemudian dimaserasi dalam metanol, sedangkan media fungi
dipartisi dengan etil asetat. Senyawa yang terkandung dalam media cair dari fungi endofit ini
selanjutnya diisolasi dan difraksinasi dengan beberapa teknik kromatografi, seperti kromatografi
vakum cair dan kromatografi radial. Adapun karakterisasi senyawa hasil isolasi yang digunakan
yaitu berdasarkan data spektroskopi seperti: NMR, UV-Vis dan MS. Untuk mengetahui
bioaktivitas senyawa hasil isolasi yang didapat, dilakukan uji sitotoksik terhadap sel murin
leukemia P-388. Berdasarkan data spektroskopi, senyawa murni yang telah berhasil diisolasi dari
fungi endofit M. macroura yaitu 19,20-epoksi sitokalasin Q yang memiliki bioaktivitas
sitotoksik sangat aktif terhadap sel murin leukemia P-388 dengan nilai IC50 kurang dari 0,1
?g/mL.