digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2004 ARIFIN
PUBLIC rikrik

Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkaji keterkaitan antara tenaga kerja huller dengan kegiatan ekonomi lokal serta memperkirakan peningkatan ekonominya melalui penghitungan pengganda ekonomi. Ekonomi lokal pada studi ini dibatasi pada kegiatan membuka toko/warung yang merupakan kegiatan paling dominan dan diperkirakan memiliki keterkaitan ekonomi dengan tenaga kerja huller. Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survei dimana informasi didapatkan dari responden yang digunakan untuk memperoleh gambaran lebih jelas mengenai dinamika dan perilaku tenaga kerja. Wawancara terhadap informan digunakan untuk melengkapi data yang telah diperoleh. Sedangkan untuk menghitung besar penjalaran ekonomi yang diterima oleh masyarakat lokal digunakan analisa pengganda ekonomi. Untuk mengeksplorasi lebih jauh mengenai tenaga kerja, maka berdasarkan karakteristik huller dan serapan tenaga kerjanya dapat dibedakan menjadi huller besar, huller sedang dan huller kecil. Kajian mengenai kondisi ekonomi pekerja huller menunjukkan bahwa pendapatan pekerja (khususnya pekerja lokal) yang diperoleh tiap bulannya pada tiga jenis industri huller memperlihatkan rata-rata pendapatan terbesar dimiliki oleh pekerja huller kecil yaitu Rp 560.937/bulan, kemudian disusul pekerja huller besar yaitu Rp 489.732/bulan dan upah pekerja huller sedang sebesar Rp 479.357/bulan. Ini menunjukkan bahwa industri huller dengan investasi usaha yang besar tidak berkorelasi kuat terhadap tinggi pendapatan yang diperoleh pekerjanya. Selanjutnya kajian pola pengeluaran untuk kebutuhan hidup pekerja menunjukkan bahwa rata-rata pekerja huller besar memperlihatkan persentase pengeluaran untuk kebutuhan makan sebesar 52%, kemudian 19% untuk menabung dan 29% untuk kebutuhan lainnya. Kemudian pada pekerja huller sedang sebesar 50% untuk kebutuhan makan, kemudian 21% untuk menabung dan 29% untuk kebutuhan lainnya. Selanjutnya pada tenaga kerja huller kecil sebesar 43% untuk kebutuhan makan, kemudian 28% untuk menabung dan 29% untuk kebutuhan lainnya. Proporsi ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan pekerja, dimana semakin tinggi tingkat pendapatan maka kecenderungan proporsi pengeluaran untuk kebutuhan makan relatif semakin kecil. Jika diasumsikan bahwa persentase pengeluaran masing-masing pekerja untuk kebutuhan makan tersebut tetap (stabil), maka perkiraan transaksi ekonomi antara pekerja huller dengan pemilik toko/warung, masing-masing sebesar Rp 0,53 milyar/tahun (pekerja huller besar), Rp 0,48 milyar/tahun (pekerja huller sedang) dan sebesar Rp 0,1 milyar/tahun (pekerja huller kecil). Persentase pengeluaran ekonomi pekerja tersebut menghasilkan nilai multiplier effect yang berbeda, dimana pekerja huller besar memberikan nilai multiplier effect sebesar 5,26, artinya apabila tiap industri huller besar mampu menyerap pekerja sebanyak 15 orang dengan rata-rata pendapatan Rp 489.732/bulan, maka total dana yang akan mengalir sebesar 38,4 juta/bulan. Kemudian pekerja huller sedang memberikan nilai multiplier effect sebesar 4,76, artinya apabila tiap industri huller sedang mampu menyerap pekerja sebanyak 11 orang dengan rata-rata pendapatan Rp 479.357/bulan, maka total dana yang akan mengalir sebesar 25,23 jutalbulan. Dan selanjutnya pekerja huller kecil memberikan nilai multiplier effect 3,33, artinya apabila tiap industri huller kecil mampu menyerap pekerja sebanyak 6 orang dengan rata-rata pendapatan Rp 560.937/bulan, maka total dana yang akan mengalir sebesar 11,32 juta/bulan. Namun pads kenyataannya, pola konsumsi yang tercermin dalam perilaku pekerja cenderung tidak selalu membelanjakan kebutuhan konsumsinya pada toko/warung yang dekat dengan tempat tingggalnya sehingga mengakibatkan peningkatan ekonomi yang terjadi path toko/warung relatif lebih kecil dari yang diharapkan. Hal ini terbukti dengan identifikasi terhadap pengeluaran kebutuhan konsumsi yaitu untuk kebutuhan makan pekerja (tidak termasuk kebutuhan lainnya), dimana diperkirakan pemilik toko/warung akan menerima omset sebesar Rp 2.000.000/bulan, namun kenyataannya hanya menerima Rp 1.224.688/bulan (61,23%). Kondisi ini dikarenakan adanya leakages pengeluaran kebutuhan makan pekerja yang diterima oleh kegiatan ekonomi lain seperti pada huller tempatnya bekerja maupun pada pasar yang menyediakan kebutuhan lebih lengkap di luar Desanya.