digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Titik tipping industri fashion 2018 untuk pertama kalinya tercapai ketika lebih dari separuh pakaian berasal dari negara berkembang (McKinsey & Company, 2017) yang membuat persaingan semakin ketat. Industri fashion start-up biasanya gagal mendapatkan saluran pemasaran yang cocok untuk menyampaikan identitas merek mereka karena kurangnya sumber daya. Pemasaran berbasis komunitas virtual dapat menjadi strategi untuk memulai di industri fashion untuk meningkatkan citra merek perusahaan karena media pemasaran hanya berfokus pada penambahan pelanggan baru sementara pemasaran berbasis komunitas virtual yang berfokus pada mempertahankan hubungan dengan pelanggan (Baxi, Panda, & Karani, 2016). Pemasaran lewat virtual memberikan kebebasan waktu dan dan tempat untuk marketer dan pelanggan mengakses informasi (Parham, 2008) dan basis komunitas cocok diaplikasikan di Indonesia yang masyarakatnya memiliki budaya untuk membuat sebuah komunitas (Smart Money, 2017). Sebagai bagian dari pemasaran lewat virtual, sosial media sekarang menjadi bagian penting dari kehidupan manusia dan menjadi cara yang efektif untuk berbagi informasi antar kaum muda (Taprial & Kanwar, 2012). Dengan demikian, perusahaan dapat menyampaikan identitas merek mereka kepada pelanggan melalui komunitas virtual terutama grup media sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemasaran berbasis komunitas virtual yang berpengaruh terhadap citra merek dan apa faktor pemasaran berbasis komunitas virtual yang paling mempengaruhi citra merek perusahaan-perusahaan fashion start-up. Penelitian ini membuat rancangan strategi implementasi berdasarkan analisis pemasaran berbasis komunitas virtual terhadap citra merek. Pemasaran berbasis komunitas virtual dalam penelitian ini didefinisikan sebagai variabel independen dan citra merek didefinisikan sebagai variabel dependen. Sampel penelitian ini melibatkan 100 responden dengan usia 15-29 tahun, dan tinggal di Bandung atau Jakarta. Penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana, analisis urutan peringkat, dan analisis deskriptif. Kuesioner dilakukan dengan pertanyaan tertutup dengan skala likert empat poin. Hasilnya menemukan bahwa pemasaran berbasis komunitas virtual memberikan dampak positif terhadap citra merek dengan penentuan koefisien 55,8% dan faktor yang paling terpengaruh dari pemasaran berbasis komunitas virtual adalah dukungan pelanggan di mana perusahaan dapat memperoleh umpan balik dari pengalaman positif dan negatif dengan produk dari pelanggan di komunitas. Dukungan pelanggan dapat diimplementasikan dengan melibatkan pelanggan dari komunitas dalam proses bisnis seperti merancang produk bersama. Media paling efektif untuk melakukan pemasaran berbasis komunitas virtual adalah grup Line, grup Whatsapp, dan akun komunitas di Instagram. Penelitian ini akan berguna bagi orang-orang yang memiliki bisnis baru dan orang-orang yang ingin menciptakan strategi bisnis di industri fashion.