digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 JEREMY ANGGAKUSUMA (NIM : 12514023)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 JEREMY ANGGAKUSUMA (NIM : 12514023)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 JEREMY ANGGAKUSUMA (NIM : 12514023)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 JEREMY ANGGAKUSUMA (NIM : 12514023)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 JEREMY ANGGAKUSUMA (NIM : 12514023)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA JEREMY ANGGAKUSUMA (NIM : 12514023)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Jaringan pipa merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan berbagai jenis bahan bakar yang digunakan untuk pemenuhan energi. Untuk menentukan apakah suatu jaringan pipa aman beroperasi, maka nilai kehandalan dalam bentuk suatu nilai dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Pada penelitian kali ini, akan digunakan metode Probabilistic Fracture Mechanics. Penelitian ini akan mempelajari bagaimana perbedaan bahan penyusun pipa, tekanan operasi dan metode perambatan retak berpengaruh terhadap ukuran retak kritis dan umur dari suatu jaringan pipa. Data berupa panjang, lebar, serta posisi retak diambil dengan menggunakan metode Phased Array Ultrasonic Testing (PAUT). Untuk penentuan retak kritis digunakan diagram FAD dengan standar API 579 section 9. Serangkaian simulasi dengan batas kegagalan tersebut dilakukan untuk mempelajari perbedaan umur jaringan pipa menggunakan aplikasi Crystal Ball. Digunakan tiga metode perambatan retak yang diasumsikan dalam penentuan umur jaringan pipa. Ketiga metode tersebut adalah Stress Corrosion Cracking dengan asumsi lingkungan jaringan pipa yang mempunyai kandungan yang sama dengan NS4 Synthetic Water, Stress Corrosion Cracking dengan asumsi yang gas mengandung CO2, serta Fatigue Crack Growth. Terdapat variasi dari bahan penyusun pipa, yaitu API X65 (data lapangan), API X65 (standar API), serta API X70. Simulasi dilakukan pada tekanan operasi dengan variasi 2,2 MPa, 4,2 MPa, 6,2 MPa, 8,2 MPa 10,2 MPa, dan 12,2 MPa. Hasil dari penentuan retak kritis menunjukan bahwa adanya kenaikan ukuran retak kritis seiring dengan kenaikan nilai dari ketangguhan retak pada bahan yang digunakan untuk menyusun jaringan pipa. Hasil penentuan umur jaringan pipa menunjukan bahwa adanya penurunan umur jaringan pipa seiring dengan naiknya tekanan operasi pada ketiga asumsi metode perambatan retak. Pada perambatan retak dengan metode Stress Corrosion Cracking, diketahui bahwa adanya tekanan parsial dari gas CO2 menyebabkan turunnya umur jaringan pipa secara signifikan. Pada metode perambatan retak dengan secara Fatigue Crack Growth, didapatkan bahwa umur dari jaringan pipa sangat tinggi, yaitu >100 tahun pada tekanan operasi yang rendah. Sementara pada tekanan yang tinggi, umur dari jaringan pipa menurun secara signifikan pada seluruh bahan material penyusun jaringan pipa.